Penyakit diabetes dapat menyebabkan berbagai penyakit lainnya apabila kurang ditangani dengan baik. Komplikasi diabetes dapat terjadi secara akut dan kronis. Berikut ini jenis-jenis komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit diabetes
Komplikasi Penyakit Diabetes Akut
Ketoasidosis Diabetik
Hampir selalu hanya dijumpai pada pengidap diabetes tipe 1, ketoasidosis diabetik merupakan komplikasi akut yang ditandai dengan perburukah semua gejala diabetes. Ketoasidosis diabetesik dapat terjadi setelah stres fisik seperti selama proses kehamilan atau penyakit akut atau trauma. Kadang-kadang ketoasidosis diabetik merupakan gejala adanya diabetes tipe 1.
Koma Nonketotik Hiperglikeinia Hiperosmolar
Juga disebut diabetes nonasidotik hiperosmolar, koma nonketotik hiperglikemik hiperosmolar merupakan komplikasi akut yang dijumpai pada pengidap diabetes tipe 2.
Efek Somogyi
Efek Somogyi merupakan komplikasi akut yang ditandai penurunan unik kadar glukosa darah di malam hari, kemudian di pagi hari kadar glukosa kembali meningkat diikuti peningkatan rebound pada paginya
Fenomena Fajar (dawn phenomenon)
adalah hiperglikemia pada pagi hari (antara jam 5 dan 9 pagi) yang tampaknya disebabkan oleh peningkatan sirkadian kadar glukosa di pada pagi hari. Fenomena ini dapat dijumpai pada pengidap diabetes tipe 1 atau tipe 2.
Hipoglikemia
Pengidap diabetes tipe 1 dapat mengalami komplikasi akibat hipoglikemia setelah injeksi insulin. Gejala yang mungkin terjadi adalah hilang kesadaran. Koma dapat terjadi hipoglikemia berat
Komplikasi diabetes jangka panjang (kronis)
Sistem Kardiovaskular
Diabetes melitus jangka panjang memberi dampak yang parah ke sistem kardiovaskular, dipengaruhi oleh diabetes melitus kronis. Terjadi kerusakan mikrovaskular di arteriol kecil, kapiler, dan venula. Kerusakan makrovaskular terjadi di arteri besar dan sedang. Semua organ dan jaringan di tubuh akan terkena akibat dari gangguan mikro dan makrovaskular ini.
Gangguan Penglihatan
Komplikasi jangka panjang diabetes vans sering dijumpai adalah gangguan penglihatan. Ancaman paling serius terhadap penglihatan adalah retinopati, atau kerusakan pada retina karena tidak mendapatkan oksigen. Retina adalah jaringan yang sangat aktif bermetabolisme dan pada hipoksia kronis akan mengalami kerusakan secara progresif dalani struktur kapilernya, membentuk mikroaneurisma, dan memperlihatkan bercak-bercak perdarahan. Terbentuk daerah-daerah infark (jaringan yang mati) yang diikuti neovaskularisasi (pembentukan pembuluh baru), bertunasnya pembuluh-pembuluh lama. Sayangnya, pembuluh-pembuluh baru dan tunas-tunas dari pembuluh lama berdinding tipis dan sering hemoragik, menyebabkan aktivasi sistem inflamasi dan pembentukan jaringan parut di retina. Edema interstisal terjadi dan tekanan intraokulus meningkat, yang menyebabkan kolapsnya kapiler dan saraf yang tersisa sehingga terjadi kebutaan. Diabetes adalah penyebab nomor satu kebutaan di Amerika Serikat. Diabetes juga berkaitan dengan peningkatan katarak dan glaukoma.
Kerusakan Ginjal
Diabetes melitus kronis yang menyebabkan kerusakan ginjal sering dijumpai, dan nefropati diabetik adalah penyebab nomor satu gagal ginjal di Amerika Serikat dan negera-negara barat lainnya. Di ginjal, yang paling parah mengalami kerusakan adalah kapiler glomerulus akibat hipertensi dan glukosa plasma yang tinggi menyebabkan penebalan mambran basal dan pelebaran glomerulus. Lesi-lesi sklerotik nodular, yang disebut nodul Kimmelstiel-Wilson, terbentuk di glomerulus sehingga semakin menghambat aliran darah dan akibatnya merusak nefron
Sistem Saraf Perifer
Diabetes melitus merusak sistem saraf perifer, termasuk komponen sensorik dan motorik divisi somatik dan otonom. Penyakit saraf yang disebabkan diabetes melitus disebut neuropati diabetik. Neuropati diabetik disebabkan hipoksia kronis sel-sel saraf yang kronis serta efek dari hiperglikemia, termasuk hiperglikosilasi protein yang melibatkan fungsi saraf. Sel-sel penunjang saraf, terutama sel Schwann, mulai menggunakan metode alternatif untuk mengatasi beban peningkatan glukosa kronis, yang akhirnya menyebabkan demielinisasi segmental saraf perifer. Beberapa komponen neuropati diabetik bersifat reversibel atau dapat dicegah dengan gula darah yang terkontrol; sedangkan yang lainnya tidak. Dapat disimpulkan bahwa ada juga mekanisme cedera yang tidak diketahui selain yang berhubungan dengan kadar gula yang tinggi. European Diabetes Prospective Complication Study yang berusia tujuh tahun, melaporkan neuropati terjadi pada 23,5 % pasien pengidap diabetes tipe 1.
x
No comments:
Post a Comment
Sahabat Pengunjung Sawittoku, Mohon untuk meninggalkan saran agar pengembangan kualitas konten blog dapat lebih ditingkatkan.
Demi kenyamanan maka komentar yang mengandung Sara, Pornografi, Perjudian, Pelecehan ataupun sejenisnya dan mengandung Link akan kami jadikan SPAM.Terima Kasih Atas Perhatiannya