Pengetahuan untuk Hidup lebih Baik

LightBlog

Subscribe Youtube & Dapatkan Video Tips Kesehatan Gratis

Friday, 5 April 2013

Penyebab Penyakit Pneumonia dan Terapi Pengobatan

Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat. Istilah pneumonia lazim dipakai bila peradangan terjadi oleh proses infeksi akut yang merupakan penyebab tersering. Diagnosis pneumonia harus didasarkan kepada pengertian patogenesis penyakit hingga diagnosis yang dibuat mencakup bentuk manifestasi, beratnya proses penyakit dan etilogi pneumonia. Penumonia yang merupakan bentuk manifestasi saluran nafas bawah akut di parenkim paru yang serius dijumpai sekitar 15-20%.

            Pneumonia dapat terjadi pada orang normal tanpa kelainan imunitas yang jelas. Namun pada kebanyakan pasien dewasa yang menderita pneumonia didapati adanya satu atau lebih penyakit dasar yang mengganggu daya tahan tubuh.  Pneumonia semakin sering dijumpai pada orang lanjut usia (lansia) dan sering kali terjadi pada penyakit paru obstruktif kronik (PPOK).  Faktor predisposisi antara lain kebiasaan merokok, pasca infeksi virus, kelainan atau kelemahan struktur organ dada dan penurunan kesadaran. Proses patogenesis pneumonia terkait dengan 3 faktor yaitu keadaan imunitas, mikroorganisme yang menyerang pasien dan lingkungan yang berinteraksi satu sama lain. Cara terjadinya penularan berkaitan dengan jenis kuman, misalnya Streptococus pneumonia, Staphylococcus aureus dan Enterobacter. Terdapat berbagai klasifikasi pneumonia yaitu :
1.   Klasifikasi Klinis
a.       Klasifikasi tradisional, menjadi ciri radiologis dan gejala klinis, di bagi   atas :
Ø  Pneumonia tipikal, bercirikan tanda-tanda pneumonia lobaris yang  klasik antara lain berupa witan yang akut dengan gambaran radiologis berupa opasitas lobus dan obularis dan disebabkan kuman tipikal terutama Streptococcus pneumonia, Klebsiella atau H. influenzae.
Ø  Peumonia atipikal, ditandai oleh gannguan respirasi yang meningkat lambat dengan gambaran infiltrat paru yang bilateral difusi. Biasanya disebabkan oleh organisme yang atipikal dan termasuk Mycoplasma pneumonia, virus dan Clamyda. 
b.   Sindrom klinis pneumonia bakteria (sindrom klinis pneumonia bakterial). Diketahui bahwa kuman kelompok bakteria tertentu memberikan gambaran klinis pneumonia yang akut dengan konsolidasi paru, dapat berupa :  
Ø  Pneumonia bakterial tipe tipikal yang terutama mengenai  parenkim paru danlam bentuk bronkopneumonia dan pneumonia lobar.
Ø  Pneumonia bakterial tipe campuran (mixed type) dengan  presentasi klinis atipikal yaitu perjalanan penyakit yang ringan dan jarang disertai konsolidasi paru. Biasanya pada pasien dengan penyakit kronik.
Ø  Pneumonia non bakterial, dikenal pneumonia atipikal yang disebabkan oleh Mycoplasma, Chlamyda pneumonia atau Legionella. Kemudian istilah sindrom pneumonia atipikal dipakai untuk merangkum pula bentuk lain dengan ciri-ciri gambaran klinis yang beraneka ragam dan gambaran radiologis yang menyimpang dari normal refrakter terhadap antibiotik standar dan penyembuhannya lambat dan mempunyai tendensi untuk kambuh, yaitu disebabkan oleh mikrobakterium, jamur, virus atau miroorganisme lain dan penyakit peradangan paru yang bukan infeksi, termasuk tumor. Klasifikasi Etiol Dibagi atas :
a.    Bakreial: Streptococcus pneumonia, H.influenzae,  pneumophilia, Klebsiella, Pseudomonas, E. coli  Mycoplasma, Clamyda, dan lain-lain.
b.      Nonbakterial : Tuberkulosis, virus, fungi dan parasit.
2.      Pemeriksan Penunjang
a.      Pemeriksaan radiologis, Pola radiologis dapat berupa pneumonia alveolar dengan gambaran air brochogram (airspace disease) misalnya oleh Streptococcus pneumonia; bronkopneumonia (segmental disease) oleh antara lain Staphylococcus, virus, atau mikoplasma; dan pneumonia interstisial oleh virus dan mikoplasma.  Distribusi infiltrat pada segmen apikal lobus bawah atau interior lobus atas sugestif untuk kuman aspirasi.  Infiltrat dilobus atas sering ditimbulkan Klebsiella, tuberkulosis atau amiloidosis. Pada lobus bawah dapat terjadi infiltrat akibat Staphylococcus.
b.      Pemeriksaan Bakteriologis, bahan berasal dari sputum untuk tujuan terapi empiris dilakukan pemeriksan apus gram, Burri Gin, Quellung test dan Z. Nielsen.  Kuman yang pendominan pada sputum kemungkinan merupakan  penyebab infeksi.  Kultur kuman merupakan pemeriksaan utama pra terapi dan bermanfaat untuk evaluasi selanjutnya.


Pustaka : 



1.Jawets, Melnick and Adelbergs., 2001. Mikrobiologi Kedokteran, Edisi Pertama, Diterjemahkan Oleh Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Air Langga. Penerbit Salemba Medika, Jakarta 227
2.Gupte, S., 1990. Mikrobiologi Dasar. Penerbit Binarupa Aksara. Jakarta. 84-85

No comments:

Post a Comment

Sahabat Pengunjung Sawittoku, Mohon untuk meninggalkan saran agar pengembangan kualitas konten blog dapat lebih ditingkatkan.
Demi kenyamanan maka komentar yang mengandung Sara, Pornografi, Perjudian, Pelecehan ataupun sejenisnya dan mengandung Link akan kami jadikan SPAM.Terima Kasih Atas Perhatiannya