Pengetahuan untuk Hidup lebih Baik

LightBlog

Subscribe Youtube & Dapatkan Video Tips Kesehatan Gratis

Sunday, 31 March 2013

Faktor Terjadinya Tubercolusis (TB) Paru pada Diabetes

Faktor penyebab kejadian tuberkulosis paru pada penderita diabetes mellitus adalah: jenis kelamin, umur, ras, malnutrisi dan lama penyakit (duration of illness) [15]. Dengan demikian, faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya tuberkulosis paru pada penderita diabetes mellitus adalah faktor umur, faktor jenis kelamin, faktor pengetahuan, faktor pekerjaan, faktor sosial ekonomi, faktor malnutrisi (IMT < 18,5 kg/m2), faktor lama penyakit diabetes mellitus, faktor kontak erat dengan penderita tuberkulosis paru, faktor faktor ras dan penduduk imigran serta infeksi HIV.

Umur termasuk variabel yang penting dalam mempelajari suatu masalah kesehatan karena ada kaitannya dengan daya tahan tubuh seseorang [17]. Sedangkan daya tahan tubuh terhadap penyakit tuberkulosis terutama ditentukan oleh keampuhan sistem imunitas seluler dan setiap ada faktor yang mempengaruhinya secara negatif akan meningkatkan kerentanan terhadap tuberkulosis paru [18]. Sebagaimana telah dibahas sebelumnya bahwa pada penderita diabetes mellitus terdapat kondisi hiperglikemia akan dapat menjadi predisposisi kerusakan pada fungsi monosit-makrofag.  Proses penuaan juga dapat menyebabkan perubahan-perubahan pada sistem pernapasan yang mengakibatkan penurunan fungsi paru, berupa: penurunan kekuatan dan kekakuan pada otot pernapasan, menurunnya aktivitas silia, berkurangnya elastisitas paru dan reflek batuk juga akan menurun. Maka kondisi umur tua dan diabetes mellitus, keduanya akan sama-sama memperlemah sistem pertahanan tubuh dan hal ini juga diperkuat oleh Lakshmi dan Murthy (1999)  menyatakan bahwa umur pasien dan derajat diabetes mellitus merupakan faktor yang signifikan menyokong terjadinya infeksi tuberkulosis. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin tua umur seorang penderita, maka keampuhan sistem imunitas tubuhnya akan semakin berkurang.
Perbedaan jenis kelamin mempengaruhi penyebaran suatu masalah kesehatan, diantaranya terdapatnya perbedaan kebiasaan hidup antara wanita dan pria. Kaum pria lebih banyak yang merokok daripada kaum wanita. Selanjutnya terdapat perbedaan tingkat kesadaran berobat antara wanita dan pria. Pada umumnya kaum wanita lebih memiliki kesadaran yang baik untuk berobat daripada kaum pria [17]. Hal yang tak kalah pentingnya adalah terdapatnya perbedaan macam pekerjaan, karena memang kaum pria yang lebih banyak bekerja. Guptan dan Shah (2000) melaporkan bahwa perbandingan angka kejadian tuberkulosis paru pada penderita diabetes mellitus untuk pria dan wanita masing-masing adalah 10% dan 8,7%. Maka dengan demikian angka kejadian tuberkulosis paru lebih tinggi pada penderita diabetes mellitus laki-laki daripada wanita.
Tuberkulosis paru umumnya menyerang masyarakat miskin [19]. Akibat status sosial ekonomi yang rendah, maka seseorang akan sulit untuk menjangkau fasilitas kesehatan, tidak mampu membeli obat-obatan, tidak dapat memperoleh pendidikan yang tinggi, serta tidak mempunyai tempat tinggal yang layak. Kemiskinan mengharuskan bekerja keras (secara fisik), sehingga akan menurunkan daya tahan tubuh. Rendahnya status sosial ekonomi akan menyebabkan seorang penderita tidak sanggup menjangkau fasilitas kesehatan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan berkaitan dengan deteksi dini penyakit tuberkulosis, dan membeli obat-obatan [19].  Hal ini tentu akan menyebabkan penyakit diabetes mellitus menjadi tidak terkontrol dengan baik. Dengan demikian semakin rendah tingkat sosial ekonomi penderita diabetes mellitus maka semakin besar resiko untuk terkena penyakit tuberkulosis.
Salah satu faktor penyebab yang dihubungkan dengan kejadian tuberkulosis paru pada penderita diabetes mellitus adalah faktor malnutrisi, maka pada semua kasus diabetes mellitus terdapat beberapa derajat malnutrisi akibat defek pada metabolisme. Kondisi malnutrisi pada pasien diabetes mellitus digambarkan dengan berat badan di bawah normal. Pengukuran IMT ini merupakan salah satu bentuk pengukuran antropometrik yang dipakai dalam pengkajian status nutrisi secara akurat [20].
Penelitian Root menyatakan bahwa terdapat peningkatan insiden tuberkulosis paru dengan lamanya diabetes mellitus [15].  Penelitian lain menyatakan bahwa terdapat peningkatan penyakit tuberkulosis paru pada pasien yang telah menderita diabetes mellitus lebih dari 10 tahun [16]. Hal ini tentu merupakan akibat kelainan pada imunitas cell-mediated dan fungsi fagosit berhubungan dengan hiperglikemia, sebagaimana juga berkurangnya vaskularisasi sekunder terhadap diabetes mellitus jangka panjang sehingga individu lebih rentan diserang oleh infeksi tuberkulosis paru [15]. Dengan demikian semakin lama seseorang menderita diabetes mellitus, maka  semakin besar peluang untuk menderita tuberkulosis paru.

No comments:

Post a Comment

Sahabat Pengunjung Sawittoku, Mohon untuk meninggalkan saran agar pengembangan kualitas konten blog dapat lebih ditingkatkan.
Demi kenyamanan maka komentar yang mengandung Sara, Pornografi, Perjudian, Pelecehan ataupun sejenisnya dan mengandung Link akan kami jadikan SPAM.Terima Kasih Atas Perhatiannya