Faktor penyebab kejadian tuberkulosis paru pada
penderita diabetes mellitus adalah: jenis kelamin, umur, ras, malnutrisi dan
lama penyakit (duration of illness)
[15]. Dengan demikian, faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya
tuberkulosis paru pada penderita diabetes mellitus adalah faktor umur, faktor
jenis kelamin, faktor pengetahuan, faktor pekerjaan, faktor sosial ekonomi,
faktor malnutrisi (IMT < 18,5 kg/m2), faktor lama penyakit diabetes
mellitus, faktor kontak erat dengan penderita tuberkulosis paru, faktor faktor
ras dan penduduk imigran serta infeksi HIV.
Umur termasuk variabel yang penting dalam
mempelajari suatu masalah kesehatan karena ada kaitannya dengan daya tahan
tubuh seseorang [17]. Sedangkan daya tahan tubuh terhadap penyakit tuberkulosis
terutama ditentukan oleh keampuhan sistem imunitas seluler dan setiap ada
faktor yang mempengaruhinya secara negatif akan meningkatkan kerentanan terhadap
tuberkulosis paru [18]. Sebagaimana telah dibahas sebelumnya bahwa pada
penderita diabetes mellitus terdapat kondisi hiperglikemia akan dapat menjadi
predisposisi kerusakan pada fungsi monosit-makrofag. Proses penuaan juga dapat menyebabkan perubahan-perubahan
pada sistem pernapasan yang mengakibatkan penurunan fungsi paru, berupa:
penurunan kekuatan dan kekakuan pada otot pernapasan, menurunnya aktivitas
silia, berkurangnya elastisitas paru dan reflek batuk juga akan menurun. Maka
kondisi umur tua dan diabetes mellitus, keduanya akan sama-sama memperlemah
sistem pertahanan tubuh dan hal ini juga diperkuat oleh Lakshmi dan Murthy (1999)
menyatakan bahwa umur pasien dan derajat
diabetes mellitus merupakan faktor yang signifikan menyokong terjadinya infeksi
tuberkulosis. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin tua umur seorang
penderita, maka keampuhan sistem imunitas tubuhnya akan semakin berkurang.
Perbedaan jenis kelamin mempengaruhi penyebaran
suatu masalah kesehatan, diantaranya terdapatnya perbedaan kebiasaan hidup
antara wanita dan pria. Kaum pria lebih banyak yang merokok daripada kaum
wanita. Selanjutnya terdapat perbedaan tingkat kesadaran berobat antara wanita
dan pria. Pada umumnya kaum wanita lebih memiliki kesadaran yang baik untuk
berobat daripada kaum pria [17]. Hal yang tak kalah pentingnya adalah
terdapatnya perbedaan macam pekerjaan, karena memang kaum pria yang lebih
banyak bekerja. Guptan dan Shah (2000) melaporkan bahwa perbandingan angka
kejadian tuberkulosis paru pada penderita diabetes mellitus untuk pria dan
wanita masing-masing adalah 10% dan 8,7%. Maka dengan demikian angka kejadian
tuberkulosis paru lebih tinggi pada penderita diabetes mellitus laki-laki
daripada wanita.
Tuberkulosis paru umumnya menyerang masyarakat
miskin [19]. Akibat status sosial ekonomi yang rendah, maka seseorang akan
sulit untuk menjangkau fasilitas kesehatan, tidak mampu membeli obat-obatan,
tidak dapat memperoleh pendidikan yang tinggi, serta tidak mempunyai tempat
tinggal yang layak. Kemiskinan mengharuskan bekerja keras (secara fisik),
sehingga akan menurunkan daya tahan tubuh. Rendahnya status sosial ekonomi akan
menyebabkan seorang penderita tidak sanggup menjangkau fasilitas kesehatan
untuk melakukan pemeriksaan kesehatan berkaitan dengan deteksi dini penyakit
tuberkulosis, dan membeli obat-obatan [19].
Hal ini tentu akan menyebabkan penyakit diabetes mellitus menjadi tidak
terkontrol dengan baik. Dengan demikian semakin rendah tingkat sosial ekonomi
penderita diabetes mellitus maka semakin besar resiko untuk terkena penyakit
tuberkulosis.
Salah satu faktor penyebab yang dihubungkan
dengan kejadian tuberkulosis paru pada penderita diabetes mellitus adalah
faktor malnutrisi, maka pada semua kasus diabetes mellitus terdapat beberapa
derajat malnutrisi akibat defek pada metabolisme. Kondisi malnutrisi pada
pasien diabetes mellitus digambarkan dengan berat badan di bawah normal.
Pengukuran IMT ini merupakan salah satu bentuk pengukuran antropometrik yang
dipakai dalam pengkajian status nutrisi secara akurat [20].
Penelitian Root menyatakan bahwa terdapat
peningkatan insiden tuberkulosis paru dengan lamanya diabetes mellitus [15]. Penelitian lain menyatakan bahwa terdapat
peningkatan penyakit tuberkulosis paru pada pasien yang telah menderita
diabetes mellitus lebih dari 10 tahun [16]. Hal ini tentu merupakan akibat
kelainan pada imunitas cell-mediated dan fungsi fagosit berhubungan dengan
hiperglikemia, sebagaimana juga berkurangnya vaskularisasi sekunder terhadap
diabetes mellitus jangka panjang sehingga individu lebih rentan diserang oleh
infeksi tuberkulosis paru [15]. Dengan demikian semakin lama seseorang
menderita diabetes mellitus, maka semakin
besar peluang untuk menderita tuberkulosis paru.
No comments:
Post a Comment
Sahabat Pengunjung Sawittoku, Mohon untuk meninggalkan saran agar pengembangan kualitas konten blog dapat lebih ditingkatkan.
Demi kenyamanan maka komentar yang mengandung Sara, Pornografi, Perjudian, Pelecehan ataupun sejenisnya dan mengandung Link akan kami jadikan SPAM.Terima Kasih Atas Perhatiannya