Pengetahuan untuk Hidup lebih Baik

LightBlog

Subscribe Youtube & Dapatkan Video Tips Kesehatan Gratis

Monday, 23 January 2017

Tanaman obat ini bisa sebabkan kemandulan (infertilitas) pria

Dengan adanya efek samping kontrasepsi hormonal, serta perlunya dilakukan suatu upaya untuk menyediakan metode KB pria yang aman, efektif, reversibel, murah serta mudah digunakan, saat ini telah banyak dilakukan studi tentang beberapa macam kontrasepsi non-hormonal, yang sebagian besar dapat dikonsumsi per oral. Cara ini diyakini lebih aman, karena obat-obatan ini memiliki potensi untuk menghambat fertilitas atau kesuburan pria tanpa melibatkan alur hipotalamus-pituitari-gonadotropin. (Baca: Sistem reproduksi pria )
Beberapa kontrasepsi pria non-hormonal yang telah diteliti oleh para ahli adalah:
obat selain bersifat menyembuhkan banyak penyakit, konsumsi obat dan tanaman herbal tertentu juga bisa sebabkan kemandulan pada pria.

Obat Kimia yang dapat menyebabkan Infertilitas (tidak subur / kemandulan pada pria)

1. Calcium Channel Blockers
Obat yang sebenarnya dipakai sebagai obat hipertensi seperti misalnya nifedipin dan amlodipin, ternyata dapat menyebabkan infertilitas dengan cara meningkatkan metabolisme lipid pada sperma yang berpengaruh pada akrosom dan proses kapasitasi sperma, sehingga tidak bisa membuahi sel telur
2. Obat Penghambat Metabolisme
  • Vitamin A
Spermatogenesis bergantung pada metabolit aktif vitamin A, yaitu asam retinoat, yang berfungsi untuk memacu diferensiasi spermatogonium serta menjamin produksi sperma dalam jumlah normal. Bukti baru menjelaskan bagaimana enzim yang mengontrol metabolisme vitamin A dalam testis dapat menjadi target untuk menghasilkan kontrasepsi pria yang efektif, namun, mekanisme rinci tentang bagaimana vitamin A mengatur spermatogenesis normal masih belum diketahui. 
Percobaan dengan mengunakan tikus, membuktikan bahwa suatu senyawa yang mengganggu jalur metabolisme vitamin A, ternyata dapat membuat tikus jantan menjadi steril tanpa mempengaruhi libido. Setelah senyawa tersebut diambil dari tubuh tikus, produksi sperma kembali berlanjut. Mekanisme kerja dari senyawa tersebut dengan cara menghalangi konversi vitamin A menjadi bentuk aktif asam retinoat  yang mengikat reseptor retinoic yang diperlukan untuk memulai produksi sperma.
3. Adjudin
Adjudin, 1-(2,4-dichlorobenzyl)-1H-indazole-3-carbohydrazide ialah suatu analog non-toksik dari lonidamine,  yang pada awalnya diteliti sebagai obat anti kanker. Selanjutnya, lonidamine telah terbukti sebagai senyawa anti-spermatogenik yang efektif, dapat menyebabkan infertilitas reversibel pada hewan coba. Mekanisme kerjanya dengan cara mengganggu hubungan / ikatan sel-sel Sertoli dengan sel germinal di testis yang akan membentuk spermatid. 
Sel germinal akan terlepas dari epitel tubulus seminiferous, dan sel sperma yang belum matang tersebut dilepaskan secara prematur dan tidak pernah menjadi gamet fungsional. Pemulihan setelah penghentian pemberian adjudin ternyata cukup baik, setelah dihentikan 4 minggu, akan terjadi peningkatan spermatogenesis sebanyak 50%.
4. Gossypol
Gossypol adalah suatu polifenol yang diisolasi dari biji, akar dan batang tumbuhan kapas (Gossypium sp.). Substansinya memiliki pigmen kekuningan yang mirip dengan flavonoid yang terdapat pada minyak biji kapas. Pada tumbuhan, gossypol berfungsi sebagai pertahanan alamiah terhadap predator, dengan mempengaruhi infertilitas pada serangga. 
Pada beberapa hewan, gossypol juga menimbulkan infertilitas, dan pada manusia dapat menyebabkan terhentinya spermatogenesis pada dosis yang relatif rendah. Penelitian yang dilakukan di China, Afrika dan Brazilia, menunjukkan bahwa gossypol dapat ditoleransi dengan baik serta tidak menimbulkan efek samping. Hanya saja, dari 20% pemakainya, ternyata menunjukkan ireversibilitas. Sebaiknya gossypol hanya diberikan pada pria yang menghendaki pemakaian kontrasepsi mantap saja, karena akan terjadi infertilitas permanen setelah pemakaian beberapa tahun.
5. Obat yang Berefek pada Epididimis
Epididimis merupakan target yang baik untuk studi perkembangan kontrasepsi pria. Hal itu karena proses pematangan sperma terjadi didalam organ ini, dimana terjadi peningkatan motilitas spermatozoa, serta dapat mengenali dan membuahi sebuah sel telur begitu sperma keluar dari saluran epididimis. Berbagai macam cara pendekatan telah dilakukan, yaitu:
menimbulkan kontraksi pada saluran peritubular epididimis, yang akan mengurangi waktu transit sperma sehingga interaksi dengan sekret-sekret epitel menjadi berkurang sampai tingkat yang tidak optimal.
- memodifikasi sekret-sekret epitel epididimis sehingga faktor-faktor yang berpengaruh pada proses pematangan sperma akan menurun.
- inhibitor-inhibitor yang langsung menghambat motilitas, metabolisme, fungsi membran dan  vitalitas sperma.
Salah satu contoh obat yang memiliki aktifitas pada epididimis adalah EPPIN (Epididymal Protease Inhibitor) yang dapat menimbulkan infertilitas dengan cara menurunkan motilitas dari sperma.
Cara-cara diatas belum sepenuhnya berhasil untuk diterapkan, sehingga perlu studi lebih lanjut.
6. Tamsulosin dan Silodosin
Tamsulosin dan Silodosin adalah suatu obat penghambat alfa (1A) selektif, yang digunakan untuk mengobati penderita Benign Prostate Hyperplasia (BPH). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tamsulosin dan Silodosin dapat menimbulkan disfungsi ejakulasi yang ditandai dengan penurunan volume ejakulat, baik pada pasien tua maupun yang masih muda. Subtipe Alfa (1A)-adrenoseptor menunjukkan peranan yang dominan untuk memicu kontraksi organ seks asesori yang melaksanakan fungsi ejakulasi, sehingga hambatan pada alfa (1A)-adrenoseptor akan menurunkan motilitas organ-organ ini, yang akibatnya akan menghambat transport sperma.

Tanaman yang dapat menurunkan kesuburan atau infertilitas pada pria

1. Tanaman Gandarusa
Gandarusa  (Justicia gendarussa Burm. f) merupakan salah satu contoh tanaman yang banyak terdapat di Indonesia dan memiliki efek anti fertilitas. Daun Justicia gendarussa Burm. f. Telah digunakan oleh sebagian masyarakat di Irian Jaya sebagai obat kontrasepsi pria. Dari hasil penelitian diketahui bahwa dalam gandarusa terdapat 12 komponen flavonoid dengan berat molekul sama, komponen major flavonoid adalah 6,8-di-a Larabinopiranosil-4,5,7 trihidroksiflavon atau 6,8-diarabinosilapigenin dengan aktivitas pencegahan penetrasi spermatozoa in vitro dan salah satu komponen minor adalah 6-a-L arab inopiranosil- 4,5,7 - trihidroksi- 8 - B – Dsilopiranosilflavon atau 6-arabinosil-8 silosilapigenin. Kedua senyawa menghambat aktivitas enzim hyaluronidase. Enzim Hyaluronidase berfungsi untuk penetrasi spermatozoa pada cumulus oophorus ovum.
Bila aktivitas enzim ini dihambat maka penetrasi spermatozoa tidak terjadi dan begitu pula dengan proses fertilisasinya. Pemberian gandarusa menyebabkan akumulasi metabolit dalam aliran darah (blood vessel) di daerah testis. Akumulasi metabolit ini akan mengganggu sekresi LH dan FSH di testis. Hal ini akan dapat menggangu proses spermatogenesis. baca: mekanisme interaksi obat herbal
Biji Carica papaya telah diketahui mengandung komponen-komponen yang diduga dapat mempengaruhi fertilitas. Beberapa eksperimen menunjukkan bahwa biji C. papaya nampaknya mengganggu proses spermatogenik, menyebabkan azoospermia atau hambatan total motilitas sperma pada hewan percobaan. Mekanisme kontrasepsi ditunjukkan dengan mengecilnya volume nukleus dan siptoplasma dari sel-sel Sertoli, yang mengakibatkan degenerasi nukleus pada spermatosit dan spermatid sehingga spermatogenesis terganggu . Sedangkan sel Leydig tetap normal. Secara fisik akan terlihat penurunan jumlah sel sperma yang diproduksi, inhibisi total motilitas sperma dan peningkatan jumlah sel sperma abnormal. Biji C. papaya dinyatakan aman untuk pemakaian jangka panjang. (baca: tanaman yang sering disalahgunakan )
3. Biji Cuminum cyminum
Biji C. cyminum (jeera, jintan putih) telah dibuktikan memiliki efek kontrasepsi pada hewan percobaan. Ekstrak methanol dari C. cyminum yang diberikan pada tikus jantan selama 60 hari menunjukkan bahwa terjadi penurunan berat testes, epididimis, vesikula seminalis dan prostat. Disamping itu, juga terjadi penurunan densitas sperma, penurunan jumlah sel-sel sperma dalam cauda epididimis dan testes, serta penurunan motilitas sperma. Disini tidak dijumpai penurunan jumlah sel-sel Sertoli. Reduksi dari fertilitas mencapai 69.0% dan 76% pada dosis 100 dan 200 mg/hari. Penelitian ini juga tidak menunjukkan adanya efek samping yang berarti.

Sumber: F.Y. Widodo. Contraception Method for Man. Journal of Medicine, Univ. Wijaya Kusuma. Surabaya

No comments:

Post a Comment

Sahabat Pengunjung Sawittoku, Mohon untuk meninggalkan saran agar pengembangan kualitas konten blog dapat lebih ditingkatkan.
Demi kenyamanan maka komentar yang mengandung Sara, Pornografi, Perjudian, Pelecehan ataupun sejenisnya dan mengandung Link akan kami jadikan SPAM.Terima Kasih Atas Perhatiannya