Dengan
adanya efek samping kontrasepsi hormonal, serta perlunya dilakukan suatu upaya
untuk menyediakan metode KB pria yang aman, efektif, reversibel, murah serta
mudah digunakan, saat ini telah banyak dilakukan studi tentang beberapa macam kontrasepsi non-hormonal, yang
sebagian besar dapat dikonsumsi per oral. Cara ini diyakini lebih aman, karena
obat-obatan ini memiliki potensi untuk menghambat fertilitas atau kesuburan pria tanpa
melibatkan alur hipotalamus-pituitari-gonadotropin. (Baca: Sistem reproduksi pria )
Beberapa
kontrasepsi pria non-hormonal yang telah diteliti oleh para ahli adalah:
obat selain bersifat menyembuhkan banyak penyakit, konsumsi obat dan tanaman herbal tertentu juga bisa sebabkan kemandulan pada pria. |
Obat Kimia yang dapat menyebabkan Infertilitas (tidak subur / kemandulan pada pria)
1. Calcium Channel Blockers
Obat yang
sebenarnya dipakai sebagai obat hipertensi seperti misalnya nifedipin dan
amlodipin, ternyata dapat menyebabkan infertilitas dengan cara meningkatkan
metabolisme lipid pada sperma yang berpengaruh pada akrosom dan proses
kapasitasi sperma, sehingga tidak bisa membuahi sel telur
2. Obat Penghambat Metabolisme
- Vitamin A
Spermatogenesis bergantung pada metabolit aktif
vitamin A, yaitu asam retinoat, yang berfungsi untuk memacu diferensiasi
spermatogonium serta menjamin produksi sperma dalam jumlah normal. Bukti baru
menjelaskan bagaimana enzim yang mengontrol metabolisme vitamin A dalam testis
dapat menjadi target untuk menghasilkan kontrasepsi pria yang efektif, namun,
mekanisme rinci tentang bagaimana vitamin A mengatur spermatogenesis normal
masih belum diketahui.
Percobaan dengan mengunakan tikus, membuktikan bahwa suatu senyawa yang mengganggu jalur metabolisme vitamin
A, ternyata dapat membuat tikus jantan menjadi steril tanpa mempengaruhi libido. Setelah senyawa tersebut diambil dari tubuh tikus, produksi sperma kembali berlanjut. Mekanisme
kerja dari senyawa tersebut dengan cara menghalangi konversi vitamin A menjadi bentuk aktif
asam retinoat yang mengikat reseptor retinoic yang
diperlukan untuk memulai produksi
sperma.
3. Adjudin
Adjudin, 1-(2,4-dichlorobenzyl)-1H-indazole-3-carbohydrazide
ialah suatu analog non-toksik dari lonidamine, yang pada
awalnya diteliti sebagai obat anti kanker. Selanjutnya,
lonidamine telah terbukti sebagai
senyawa anti-spermatogenik yang efektif, dapat menyebabkan infertilitas reversibel pada hewan coba. Mekanisme kerjanya dengan cara mengganggu hubungan / ikatan sel-sel Sertoli dengan sel germinal di testis yang
akan membentuk spermatid.
Sel germinal akan terlepas dari epitel tubulus
seminiferous, dan sel sperma yang belum matang tersebut dilepaskan secara prematur dan tidak pernah menjadi gamet fungsional. Pemulihan setelah penghentian pemberian adjudin ternyata cukup baik,
setelah dihentikan 4 minggu, akan terjadi peningkatan spermatogenesis sebanyak
50%.
4. Gossypol
Gossypol
adalah suatu polifenol yang diisolasi dari biji, akar dan batang tumbuhan kapas
(Gossypium sp.). Substansinya
memiliki pigmen kekuningan yang mirip dengan flavonoid yang terdapat pada
minyak biji kapas. Pada tumbuhan, gossypol berfungsi sebagai pertahanan alamiah
terhadap predator, dengan mempengaruhi infertilitas pada serangga.
Pada
beberapa hewan, gossypol juga menimbulkan infertilitas, dan pada manusia dapat
menyebabkan terhentinya spermatogenesis pada dosis yang relatif rendah.
Penelitian yang dilakukan di China, Afrika dan Brazilia, menunjukkan bahwa
gossypol dapat ditoleransi dengan baik serta tidak menimbulkan efek samping.
Hanya saja, dari 20% pemakainya, ternyata menunjukkan ireversibilitas.
Sebaiknya gossypol hanya diberikan pada pria yang menghendaki pemakaian
kontrasepsi mantap saja, karena akan terjadi infertilitas permanen setelah
pemakaian beberapa tahun.
5. Obat yang Berefek pada
Epididimis
Epididimis
merupakan target yang baik untuk studi perkembangan kontrasepsi pria. Hal itu
karena proses pematangan sperma terjadi didalam organ ini, dimana terjadi
peningkatan motilitas spermatozoa, serta dapat mengenali dan membuahi sebuah
sel telur begitu sperma keluar dari saluran epididimis. Berbagai macam cara
pendekatan telah dilakukan, yaitu:
- menimbulkan kontraksi pada saluran peritubular epididimis, yang akan mengurangi waktu transit sperma sehingga interaksi dengan sekret-sekret epitel menjadi berkurang sampai tingkat yang tidak optimal.
- memodifikasi sekret-sekret epitel epididimis sehingga faktor-faktor yang berpengaruh pada proses pematangan sperma akan menurun.
- inhibitor-inhibitor yang langsung menghambat motilitas, metabolisme, fungsi membran dan vitalitas sperma.
- menimbulkan kontraksi pada saluran peritubular epididimis, yang akan mengurangi waktu transit sperma sehingga interaksi dengan sekret-sekret epitel menjadi berkurang sampai tingkat yang tidak optimal.
- memodifikasi sekret-sekret epitel epididimis sehingga faktor-faktor yang berpengaruh pada proses pematangan sperma akan menurun.
- inhibitor-inhibitor yang langsung menghambat motilitas, metabolisme, fungsi membran dan vitalitas sperma.
Salah satu contoh obat yang memiliki aktifitas pada
epididimis adalah EPPIN (Epididymal
Protease Inhibitor) yang dapat menimbulkan infertilitas dengan cara
menurunkan motilitas dari sperma.
Cara-cara diatas belum
sepenuhnya berhasil untuk diterapkan, sehingga perlu studi lebih lanjut.
6. Tamsulosin dan Silodosin
Tamsulosin dan Silodosin adalah
suatu obat penghambat alfa (1A) selektif, yang digunakan untuk mengobati
penderita Benign Prostate Hyperplasia
(BPH). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tamsulosin dan Silodosin dapat
menimbulkan disfungsi ejakulasi yang ditandai dengan penurunan volume ejakulat,
baik pada pasien tua maupun yang masih muda. Subtipe Alfa (1A)-adrenoseptor
menunjukkan peranan yang dominan untuk memicu kontraksi organ seks asesori yang
melaksanakan fungsi ejakulasi, sehingga hambatan pada alfa (1A)-adrenoseptor
akan menurunkan motilitas organ-organ ini, yang akibatnya akan menghambat
transport sperma.
Tanaman yang dapat menurunkan kesuburan atau infertilitas pada pria
1. Tanaman Gandarusa
Gandarusa (Justicia gendarussa Burm. f) merupakan salah satu contoh tanaman yang
banyak terdapat di Indonesia dan memiliki efek anti
fertilitas. Daun Justicia gendarussa Burm.
f. Telah digunakan oleh sebagian masyarakat di Irian Jaya sebagai obat kontrasepsi pria. Dari hasil penelitian diketahui
bahwa dalam gandarusa terdapat 12 komponen flavonoid
dengan berat molekul sama, komponen major flavonoid adalah 6,8-di-a Larabinopiranosil-4,5,7 trihidroksiflavon atau 6,8-diarabinosilapigenin
dengan aktivitas pencegahan penetrasi spermatozoa in vitro
dan salah satu komponen minor adalah 6-a-L arab
inopiranosil- 4,5,7 - trihidroksi- 8 - B – Dsilopiranosilflavon atau 6-arabinosil-8 silosilapigenin. Kedua senyawa menghambat aktivitas enzim hyaluronidase. Enzim Hyaluronidase berfungsi untuk penetrasi spermatozoa pada cumulus oophorus ovum.
Bila aktivitas enzim ini dihambat
maka penetrasi spermatozoa tidak terjadi dan begitu pula dengan proses fertilisasinya. Pemberian gandarusa menyebabkan akumulasi metabolit dalam aliran darah (blood vessel) di
daerah testis. Akumulasi metabolit ini akan mengganggu sekresi LH dan FSH di testis. Hal
ini akan dapat menggangu proses spermatogenesis. baca: mekanisme interaksi obat herbal
Biji Carica
papaya telah diketahui mengandung komponen-komponen yang diduga dapat
mempengaruhi fertilitas. Beberapa eksperimen menunjukkan bahwa biji C. papaya nampaknya mengganggu proses
spermatogenik, menyebabkan azoospermia atau hambatan total motilitas sperma
pada hewan percobaan. Mekanisme kontrasepsi ditunjukkan dengan mengecilnya
volume nukleus dan siptoplasma dari sel-sel Sertoli, yang mengakibatkan
degenerasi nukleus pada spermatosit dan spermatid sehingga spermatogenesis
terganggu . Sedangkan sel Leydig tetap normal. Secara fisik akan terlihat
penurunan jumlah sel sperma yang diproduksi, inhibisi total motilitas sperma
dan peningkatan jumlah sel sperma abnormal. Biji C. papaya dinyatakan aman
untuk pemakaian jangka panjang. (baca: tanaman yang sering disalahgunakan )
3. Biji Cuminum cyminum
Biji C.
cyminum (jeera, jintan putih) telah dibuktikan memiliki efek kontrasepsi
pada hewan percobaan. Ekstrak methanol dari C.
cyminum yang diberikan pada tikus jantan selama 60 hari menunjukkan bahwa
terjadi penurunan berat testes, epididimis, vesikula seminalis dan prostat.
Disamping itu, juga terjadi penurunan densitas sperma, penurunan jumlah sel-sel
sperma dalam cauda epididimis dan testes, serta penurunan motilitas sperma.
Disini tidak dijumpai penurunan jumlah sel-sel Sertoli. Reduksi dari fertilitas
mencapai 69.0% dan 76% pada dosis 100 dan 200 mg/hari. Penelitian ini juga
tidak menunjukkan adanya efek samping yang berarti.
Sumber: F.Y. Widodo. Contraception Method for Man. Journal of Medicine, Univ. Wijaya Kusuma. Surabaya
No comments:
Post a Comment
Sahabat Pengunjung Sawittoku, Mohon untuk meninggalkan saran agar pengembangan kualitas konten blog dapat lebih ditingkatkan.
Demi kenyamanan maka komentar yang mengandung Sara, Pornografi, Perjudian, Pelecehan ataupun sejenisnya dan mengandung Link akan kami jadikan SPAM.Terima Kasih Atas Perhatiannya