Pengetahuan untuk Hidup lebih Baik

LightBlog

Subscribe Youtube & Dapatkan Video Tips Kesehatan Gratis

Friday, 6 July 2012

Makalah Pemeriksaan Laboratorium



BAB 1
PENDAHULUAN

I.1     Latar Belakang
Status kesehatan yang optimal merupakan syarat untuk menjalankan tugas dalam pembangunan.  Menurut paradigma sehat, diharapkan orang tetap sehat dan lebih sehat, sedangkan yang berpenyakit lekas dapat di sembuhkan agar sehat. Untuk segera dapat disembuhakn, perlu di tentukan penyakitnya dan pengobatan yang tepat, serta prognosis atau ramalan yaitu ringan, berat, atau fatal.
Dalam menentukan penyakit atau diagnosis, membantu diagnosis, prognosis, mengendalikan penyakit dan memonitor pengobatan atau memantau jalanya penyakit, dokter melakukan pemeriksaan laboratorium atau tes laboratorium yaitu pemeriksaan spesimen atau sampul yang diambil dari pasien. Banyak pemeriksaan spesimen dilakukan di laboratorium klinik atau lengkapnya di laboratorium patologi klinik.
Pemeriksaan laboratorium adalah suatu tindakan dan prosedur pemeriksaan khusus dengan mengambil bahan atau sampel dari penderita, dapat berupa urine (air kencing), darah, sputum (dahak), dan sebagainya untuk menentukan diagnosis atau membantu menentukan diagnosis penyakit bersama dengan tes penunjang lainya, anamnesis, dan pemeriksaan lainya.
Sekumpulan pemeriksaan laboratorium yang dirancang, untuk tujuan tetrtentu misalnya untuk mendeteksi penyakit, menentukan resiko, memantau perkembangan penyakit, memantau perkembangan pengobatan, dan lalin-lain. Mengetahui ada tidaknya kelainan atau penyakit yang banyak di jumpai dan potensial membahayakan.  Pemeriksaan yang juga merupakan proses General medical check up (GMC) meliputi : Hematologi Rutin, Urine Rutin, Faeces Rutin, Bilirubin Total, Bilirubin Direk, GOT, GPT, Fotafase Alkali, Gamma GT, Protein Elektroforesis, Glukosa Puasa, Urea N, Kreatinin, Asam Urat, Cholesterol Total, Trigliserida, Cholesterol HDL, Cholesterol LDL-Direk.
Tes atau pemeriksaan dapat secara kimia klinik, hematologi, imunologi, serologi, mikrobiologi klinik, dan parasitologi klinik.  Metode pemeriksaan pemeriksaan terus berkembang dari kualitatif, semi kuantitatif, dan dilaksanakan dengan cara manual, semiotomatik, otomatik, sampai robotik. Hal ini berarti peralatanpun berkembang dari yang sederhana sampai yang canggih dan mahal hingga biaya tespun dapat meningkat.  Oleh karena itu hasi suatu pemeriksaan laboratorium sangat penting dalam membantu diagnosa, memantau perjalanan penyakit, serta menentukan prognosa dari suatu penyakit atau keluhan pasien.
Lihat juga makalah lainnya: Makalah Protein Lengkap
Pemeriksaan laboratorium dapat digunakan untuk berbagai tujuan :
1.            Skrining/uji saring adanya penyakit subklinis
2.            Konfirmasi pasti diagnosis
3.            Menemukan kemungkinan diagnostik yang dapat menyamarkan gejala klinis
4.            Membantu pemantauan pengobatan
5.            Menyediakan informasi prognostic atau perjalan penyakit
6.            Memantau perkembangan penyakit
7.            Mengetahui ada tidaknya kelainan/penyakit yang banyak dijumpai dan potensial      membahayakan
8.            Memberi ketenangan baik pada pasien maupun klinisi karena tidak didapati  penyakit
        Dalam pemeriksaan kesalahan pemeriksaan mungkin saja terjadi, sehingga akan mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium.  Terdapat 3 faktor utama yang dapat mengakibatkan kesalahan hasil laboratorium yaitu:
1.       Faktor Pra instrumentasi : sebelum dilakukan pemeriksaan
2.       Faktor Instrumentasi : saat pemeriksaan (analisa) sample
3.       Faktor Pasca Instrumentasi : saat penulisan hasil pemeriksaan
           Jenis-jenis Pemeriksaan Laboratorium:
1.       Mikrobiologi menerima usapan, tinja, air seni, darah, dahak, perlatan medis, begitupun jaringan yang mungkin terinfeksi.  Spesimen tadi dikultur untuk memeriksa mikroba patogen
2.       Parasitologi, untuk mengamati parasit
3.       Hematologi, menerima keseluruhan darah dan plasma.  Mereka melakukan perhitungan darah dan selaput darah.
4.       Kimia klinik, biasanya menerima serum, mereka menguji serum untuk komponen-komponen yang berbeda.
5.       Toksikologi, menguji obat farmasi, obat yang disalahgunakan, dan toksin lain.
6.       Imunologi, menguji antibodi.
7.       Serologi, menerima sampel serum untuk mencari bukti penyakit seperti Hepatitis atau HIV
8.       Urinalisis, menguji air seni untuk sejumlah analit.
9.       Patologi, bedah menguji organ, ekstremitas, tumor, pertumbuhan janin, dan jaringan lain yang dibiopsi pada bedah seperti masektomi payudara.
10.       Sitologi,menguji usapan sel (seperti dari mulut rahim) untuk membuktikan kanker dan lain-lain.
Efektivitas tes laboratorium
        Idealnya pemeriksaan laboratorium harus teliti, tepat, sensitif, spesifik cepat dan tidak mahal. Namun karena keterbatasan pengetahuan, teknologi dan biaya, keadaan ideal tidak selalu terpenuhi.  Adapun penjelasaan syarat-syarat keadaan tersebut adalah :
1.     Teliti berarti kemampuan untuk mendapatkan nilai yang hampir sama pada pemeriksaan berulang-ulang dengan metode yang sama.
2.     Akurat atau tapat berati kemampuan untuk mendapatkan nilai benar yang di inginkan, tatapi untuk mencapai mungkin membutuhkan waktu yang lama dan mahal.
3.     Cepat berati tidak memerlukan waktu lama
4.     Spesifik berarti kemampuan mendeteksi substansi yang ada pada penyakit yang diperiksa dan tidak menentukan substansi yang lain.
5.     Ketepatan pemanfaatan tes laboratorium untuk mendapatkan diagnosis akurat dan cepat akan menghemat pembiayaan.
         Beberapa contoh gambar dalam melakukan tes laboratotium
        

BAB II
PEMBAHASAN

A.          Pemeriksaan Kimia Darah
1.          Diabetes
        Diabetes melitus (DM) merupakan gangguan metabolisme yang kronik ditandai oleh hiperglikemia. Tes untuk menentukan diabetes melitus adalah:
a.     Glukosa puasa.
          Kadar glukosa darah pada waktu puasa atau di singkat glukosa darah puasa di tujukan untuk :
1.       Tes saring diabetes melitus, karena tidak adanya atau defisiensi insulin,maka kadar glukosa meninggi.
2.       Memonitor terapi diabetes melitus.
    Nilai rujukan   : 70 – 100 mg/dl
    Abnormal        : >140 mg/dl atau >126 mg/dl (Usulan ADA 1997)
                             Menunjukan peninggian nilai ambang yang perlu
                      dikonfirmasi   dengan tes glukosa 2 jam post pradial atau tes toleransi glukosa oral. Bila nilai >200 mg/dl, maka diagnosis adalah diabetes      melitus.  Meninggi juga pada pankreatitis,post infrak miocard, sindrom cushing, akromegali.  Menurun pada hiperinsuliniisme, myxoederma, insufisiensi adrenal, dan hipopituitarisme.
b.     Glukosa  2 jam PP
                    Tes ini merupakan tes saring untuk menentukan diabetes melitus.  Tes dilakukan bila ada kecurigaan DM (misalnya polydipsi dan polyuri). Atau bila glukosa darah puasa ≥ 140 mg/dl.
Syarat                 : Makan yang mengandung karbohidrat sebelum
                              puasa 2 jam  dan  hentikan merokok serta
                              olahraga,hentikan obat-obatan pada waktu  
                              puasa.
Nilai rujukan        :  <140 mg/dl
Abnormal             :  ≥ 200 mg/dl menujukan DM, namun dapat juga
pada pankreatitis, sindrom cushing, akromegali, mungkin juga pada penyakit hati kronis, sindromnefrotik, tumor otak, dan anoksia.
            Nilai menurun seperti keadaan pada glukosa darah puasa.
2.          Faal Hati
        Hati adalah organ tunggal dalam tubuh yang paling besar dan kompleks.   Dengan bobot sekitar 2 kg,  hati mempunyai tugas penting yang rumit demi kelangsungan seluruh fungsi tubuh.  Fungsi hati yaitu.  Membuat empedu suatu zat yang membantu pencernaan lemak, memproses dan mengikat lemak pada pengangkutnya (protein) termasuk kolesterol.  Gabungan lemak dan protein disebut lipoprotein (Chylomicron, VLDL, LDL, HDL), menyimpan gula dan membantu tubuh untuk mengangkut dan menghemat energi.   Membantu mengurai dan mendaurulang sel-sel darah merah.
Jika hati rusak,  maka fungsinya dalam mengeluarkan racun tidak berfungsi.   Akibatnya  racun  akan  menumpuk dalam darah dan akhirnya ke otak.  Untuk menghindari hal ini, ada baiknya menjalani gaya hidup sehat.  Gaya hidup sehat akan menjaga fungsi hati agar tetap optimal.
a.            GOT (glutamic oxal-acetic transaminase)
        GOT mengkatalisis konversi bagian nitrogen asam amino menjadi energi.  GOT ditemukan dalam sitoplasma dann mitokondria sel hati, jantung, otot skelet, ginjal, pankreas, dan eritrosit.  Pada kerusakan sel-sel tersebut di atas, GOT dalam serum meninggi.
Tujuan                   : Test in vitro kinetik untuk penentuan secara
      Kuantitatif GOT (AST =aspartat aminotransferase) dalam serum dan plasma.
Nilai rujukan          : 6-30 µ/l
Abnormal              : 20 x pada virus hepatitis akut,trauma otot,  post operasi, kerusakan hati karena obat.
                                    10-20x pada  infark miokardi
                                    akut, mononukleosis infeksia dan cirrhosis karena alkohol.
b.           GPT  (Glutamic-Pyruvic Transminase) atau Alanine Amino Transferase (ALT)
        ALT mengkatalisis kelompok asam amino dalam siklus
Krebs untuk menghasilkan energi dijaringan.  ALT terdapat di sitoplasma sel hati, jantung,          dan otot skelet.  Pada kerusakan sel hati ALT meninggi di dalam serum hingga merupakan indikator kerusakan sel hati.
Tujuan                         : Test in vitro kinetik untuk penentuan secara kuantitatif  GPT (ALT= alanine aminotransferase) dalam serum dan plasma.
Nilai rujukan               : 7-32 µ/l
Abnormal                    : 20-50 x pada hepatitis virus atau karena    
                                      obat.
                                        10-<20 x pada hepatitis atau kolesistis dan pada penyembuhan hepatitis.
c.            Bilirubin.
        Bilirubin merupakan produk utama katabolisme hemoglobin dalam hal ini terjadi uncojugated dalm bilirubin seterusnya dalam hati akan di rubah menjadi conjugated (direct post hepatict). Bilirubin yang menumpuk di otak dapat menimbulkan bahaya yang sukar diperbaiki.
Tujuan test       : 1).     Mengevaluasi fungsi hepatobilier dan    
                         eritropoetik (gangguan hemolitik transfusi darah).
                              2).    Mendeferinsial diagnosis ikterus dan                   memonitor progresifitasnya.
                              3).    Mendiferensial diagnosis obstruksi bilier (bilirubin direct) dan anemia hemolitik (bilirubin indirect).
Nilai rujukan      :   Bilirubin indirect ≤ 0,75 mg/dl
                                  Bilirubin direck 0,05-0,3 mg/dl
                                  Bilirubin total 0,2-1,0 mg/dl
Abnormal           : Bilirubin indirek meninggi pada anemia hemolitika pada gangguan hati dan defisiensi enzim kongenital. Bilirubin direck meninggi menunjukan obstruksi biliar patitis, cirosis. Bila obstruksi menerus maka kedua bilirubin meninggi.
d.           Alkali Fostafase
        Alkali fostafase didapatkan di hati, tulang, ginjal, usus, dan plasenta. Pda orang dewasa kadar tinggi terutama dihati, tulang, usus, dan plasenta. Pada waktu trimester kehamilan.
Tujuan test       : Menentukan lesilokal dihati karena obstruksi
bilier karena tumor,batu atau abses. Identifikasi penyakit tulang dengan aktifitas osteoblastik atau respon tyerhadap pengobatan dengan vitamin D pada riketsia.
                       Nilai normal     : < 240 µ/l
Abnormal         : Meninggi sekali (>5x) pada obstruksi bilier total,agak meninggi (<3x) pada hepatitis kronis, kehamilan awal, penyembuhan fraktur, anak yang sedang tumbuh,vitamin D dosis tinggi,penyakit jantung kongestif,menurun pada hipo-fostatemia protein dan magnesium.
e.            Protein   
Tujuan              : untuk menentukan kadar dan defisiensi  protein
                           total.
Nilai normal      : 6,6 -8,7 mg/dl
Abnormal         : Meninggi ; inflamasi kronik misalnya artritis  
                           dhidrasi,DM asidosis.  Menurun ; gangguan   
                           hati, malapsorpsi, malnutrisi, dan diabetes
                           melitus.
f.             Albumin.
        Albumin adalah protein yang ada dalah darah yang diperlukan oleh tubuh untuk memelihara dan memperbaiki jaringan. Selama proses dialysis, albumin dalam darah membantu pembuangan cairan dengan cara menarik cairan yang berlebih dalam jaringan kembali ke dalam darah untuk kemudian disaring oleh ginjal buatan (dialyzer).      
          Tujuan             :  penentuan secara kuantitatif albumin dalam      serum dan plasma manusia.
                       Nilai normal     :   3,4 – 4,8 mg/dl
  Abnormal         :   dapat menyebabkan penyakit kolagen, diare,   kronik, malnutrisi, hipertiroid, penyakit ginjal, hati darah dan AIDS
3.          Lemak.
a.            Kolesterol
        Kolesterol adalah suatu zat lemak yang beredar di dalam darah, diproduksi oleh hati dan sangat diperlukan oleh tubuh. Tetapi kolesterol berlebih akan menimbulkan masalah, terutama pada pembuluh darah jantung dan otak.
  Tujuan             : Penentuan secara kuantitatif kolesterol dalam          serum dan plasma.
    Nilai normal     : < 200 mg/dl.
b.           HDL Klolesterol (High Density Lipoprotein)
Tujuan             : Penentuan secara kuantitatif  HDL kolesterol                 dalam serum dan plasma.
Nilai normal     : Laki-laki 35 – 55 mg/dl, perempuan 45 – 55   mg/dl.
        HDL bersifat menangkap kolesterol yang sedang dalam keadaan bebas di pembuluh darah untuk kemudiannya terbawa ke dalam hati untuk diproses lebih lanjut.   Oleh karenanya HDL disebut sebagai kolesterol yang baik.
c.            LDL Kolesterol  (Low Density Lipoprotein)
Tujuan             : Penentuan secara kuantitatif  LDL kolesterol dalam serum dan plasma.
Nilai normal     : <130 mg/dl
        Jika pembuluh darah tersumbat oleh timbunan lemak tersebut, maka dampak lebih jauhnya diantaranya adalah stroke, serangan jantung, dan lainnya yang mengarah fatal kepada tubuh manusia. Oleh karena itu LDL dikenal sebagai sebutan kolesterol jahat.
Makalah terkait. Makalah Pengobatan Dermatitis
d.           Trigliserida
Tujuan             : Untuk penentuan secara kuantitatif trigliserida dalam serum dan plasma.
              Nilai normal     : < 200 mg/dl
             Untuk menmgetahui keadaan pembuluh darah dan jantung
4.          Faal Ginjal
        Ginjal merupakan organ penting dalam tubuh dan berfungsi  untuk membuang sampah metabolisme dan racun tubuh dalam bentuk urin / air seni. Ginjal mengatur pH, konsentrasi ion mineral, dan komposisi air dalam darah. Sebagai sistem filter dan membuang sampah dari tubuh Menjaga keseimbangan cairan tubuh
a.     Ureum
          Ureum adalah hasil metabolesme protein,ureum di bentuk dari amonia dalam hati dan di ekskresi oleh ginjal.
Tujuan                 :   Penentuan kuantitatif urea dalam serum plasma    dan urin.
Nilai normal        :  10,0 – 50,0 mg/dl
b.     Creatinin
          Creatinin merupakan hasil akhir metabolisme creatin yang di filtrasi glomeruli ginjal.
Tujuan                 :  Penentuan invitro secara kuantitatif creatinin dalam serum dan plasma manusia.
Nilau normal       :  laki-laki 0,70 -1,20 mg/dl, perempuan 0,50 – 0.90 mg/dl.
c.      Asam urat
           Asam urat merupakan hasil metabolisme di dalam tubuh, yang kadarnya tidak boleh berlebih.
Nilai normal        :   Laki-laki 3,4 – 7,0 mg/dl, perempuan 2,4 – 5,7 mg/dl.
Apabila terjadi perubahan pada ginjal menyababkan kerusakan ginjal
5.          Pemeriksaan Darah
a.     Haemoglobin.
          Hemoglobin adalah metaloprotein (protein yang mengandung zat besi) di dalam sel darah merah yang berfungsi sebagai pengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh.
          Tujuan                  : untuk memeriks kemungkinan anemia.
          Nilai normal                   : Laki laki 14 – 16 , perempuan 12 – 14 gr %
b.     Eritrosit (sei darah merah)
          Eritrosit adalah jenis sel darah yang paling banyak dan berfungsi membawa oksigen ke jaringan-jaringan tubuh.
Tujuan                 : untuk menetahui kualitas darah dalam tubuh.
Nilai normal        : laki-laki 4,5 – 5,5, perempuan 4-5 juta/UL
c.      Leukosit (sel darah putih)
          Leukosit adalah sel yang membentuk komponen darah. Sel darah putih ini berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh.dan merupakan pertahanan badan terhadap benda asing
        Tujuan                 : Untuk mengetahui kemampuan tubuh melawan  
                                                 infeksi.
Nilai normal        : 5-10.000/UL
d.     Trombosit (keping darah)
                   Trombosit adalah sel kecil yang beredar dalam darah.
          Tujuan                 : Untuk melihat kemampuan tubuh mengontrol
                                        pendarahan.
Nilai normal        : 150 -400.000/UL

B.          Urinalisis
            Merupakan tes saring yang paling sering diminta oleh dokter karena persiapanya tak membebani pasien.
        Tujuan        :   untuk menentukan infeksi saluran kemih, terutama yang berbau busuk karena nitrit leokosit dan atau bakteri, menentukan kemungkinan gangguan metabolisme misalnya diabetes melitus atau komplikasi proses kehamilan dan menentukan berbagai jenis ginjal.

Contoh hasil tes saring pada urinalisis
no
Pemeriksaan kimia
Nilai rujukan
Contoh abnormal
Tes diagnosis antara lain
1
Kejernian
jernih
Keruh,berawan gelap
Mungkin porfirin
2
Bau
Tidak berbau
Busuk,atau amoniak
Sesuaikan dengan hasil sedimen
3
Warna
Kuning mudah
Kuning tua coklat
Merah coklat
Tes faal hati
Tes faal hati
4
pH
4.5 – 8.0
< diet protein asidosis
< diet sayur alkalosis
pH darah kalau perlu
pH darah kalau perlu biakan kuman





5
Berar jenis
1.010 -1.020
Pekat diabetes melitus
Glukosa darah


C.          THIROID
1.          T3 (Triodotironin)
Tujuan             :  Untuk menentukan kadar T3 di dalam serum atau  plasma.
Prinsip             :   Enzime immunoassay fase padat satu tahap dengan prinsip kompetitif. Tes menggunakan antibodi momoklonal yang sangat spesifik terhadap T3.
Interprestasi     :  T3 merupakan perantara sebagian besar kerja hormon tiroid tingkat molekuler. Klirens T3 dari darah jauh lebih cepat dibandingkan T4. Sehinngga penentuan kadar T3 yang di hasilkan kelenjar tiroid tidak begitu penting artinya dalam menilai fungsi. Penentuan kadar T3 serum juga tidak berguna untuk menegakan diagnosis hipotiroidisme,karena kadarnya baru turun bila hipotiroidisme sudah berat.
Nilai normal     :   0,8 – 2,0 mg/ml
2.       T4 ( Tiroksin)
Tujuan             :  Untuk menentukan kadar T4 didalam serum atau
                           plasma.
Prinsip             :  Enzime immunoassay fase padat satu tahap  yang  mengukur thyroxin bentuk terikat dengan prinsip kompetitif.
Interprestasi     : Tirotoksikosis merupakan akibat peningkatan kadar T3 dan T4 dalam darah. Sedangkan hipertiroidisme adalah hiperfungsi tiroid yaitu peningkatan biosintesis dan sekresi hormon oleh kelenjar thiroid.
Nilai normal     : 50 – 113 mg/ml
3.       FT 3 (Free Triiodothyronin)
Tujuan             : Untuk mendeteksi FT3 dalam serum atau plasma.
Prinsip             : Enzime immunoassay fase padat dua tahap dengan  
                          prinsip titrasi balik.
Interprestasi     : Peningkatan kadar FT3 bersama dengan
                          meningkatnya kadar FT4 disertai penurunan TSHs  
                          didiagnosis hipertiroidisme dengan API normal atau
                          tinggi bila FT3 normal atau tinggi didiagnosis
                          hipertiroidisme dengan API rendah.
Nilai normal     : 4,4 -9,3 Pmol/ L
4.       FT4 ( Free Thyroxine)
Tujuan             : Untuk menentukan kadar di dalam serum atau
                          plasma.
               Prinsip            : Enzime immunoassay fase padat dua tahap dengan                                        prinsip titrasi balik.
Interprestasi     : Penurunan kadar FT4 di sertai peningkata TSHs dapat    didiagnosis hipotiroidisme primer.
Nilai normal   : 10 – 27 Pmol/L
5.       TSHs (thyroid stimulating hormone
Tujuan            : Untuk menentukan kadar  TSH di dalam serum atau
                         plasma.
               Prinsip           : Enzime immunoassay fase padat dua tahap dengan      prinsip sandwich.
      Interprestasi   : TSHs dan FT4 merupakan kombinasi tes terbaik untuk       menentukan status thiroid.
               Nilai rujukan  : 0,20 – 3,20 m IU/L
D.          Elektrolit.
           Elektrolit dalam darah berupa kation misalnya Na +,K+,anion misalnya Cl. Kadar kation dan anion pada keadaan normal sama sehingga keadaan listrik serum adalah netral. Baca juga: Makalah Lengkap Metabolisme Karbohidrat
1.     Chlorida (Cl-)
       Chlorida darah membantu regulasi voleme darah,tekana arteri dan keseimbangan asam basa (asidosis-alkalosis). Kadar chlorida menurun misalanya sekresi cairan berlebihan dapat menyebabkan alkalosis metabolik sedang retensi chlorida atau makan dengan garam berlebihan dapat menimbulkan hiperchloremia dengan asidosis metabolik.
Nilai normal      : 9.600 – 106.00 gr/dl
2.     Natrium (Na+)
      Natrium darah memelihara tekana osmotik cairan ekstraseluler dan berhubungan dengan cairan tubuh serta membantu fungsi neuromuskuler. Natrium juga membantu keseimbangan asam basa. Kadar natrium meninggi dapat karena kekurangan minum air kehilangan banyak air misalnya pada diabetes insifidus, fungsi ginjal terganggu atau makan yang mengadung natrium berlebihan.
Nilai normal     : 135.37- 145.00 g/dl
3.     Kalium (K+)
      Kaluim merupakan kation utama dalam sel . kalium darah memelihara keseimbangan osmotik dal;am sel, meregulasi aktifitas  otot, enzim dan keseimbangan asam basa.kafar kalim meninggi bila kaluim ion masuk kedalam darah seperti pada trauma, terbakar,diabetes.
Nilai normal     : 3.48 – 5.50 g / dls

3 comments:

Sahabat Pengunjung Sawittoku, Mohon untuk meninggalkan saran agar pengembangan kualitas konten blog dapat lebih ditingkatkan.
Demi kenyamanan maka komentar yang mengandung Sara, Pornografi, Perjudian, Pelecehan ataupun sejenisnya dan mengandung Link akan kami jadikan SPAM.Terima Kasih Atas Perhatiannya