Obat-obat diabetes oral terutama ditujukan
untuk membantu penanganan pasien diabetes mellitus Tipe II. cara memilih obat diabetes yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi diabetes. Bergantung pada
tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien, farmakoterapi hipoglikemik oral
dapat dilakukan dengan menggunakan satu jenis obat atau kombinasi dari dua
jenis obat. Pemilihan dan penentuan rejimen hipoglikemik yang digunakan harus mempertimbangkan
tingkat keparahan diabetes (tingkat glikemia) serta kondisi kesehatan pasien
secara umum termasuk penyakit-penyakit lain dan komplikasi yang ada. lihat juga: Waspada Diabetes pada remaja
1.
PENGGOLONGAN OBAT HIPOGLIKEMIK ORAL
Berdasarkan mekanisme kerjanya, obat-obat
hipoglikemik oral dapat dibagi menjadi 3 golongan, yaitu:
a) Obat-obat yang meningkatkan sekresi
insulin, meliputi obat hipoglikemik oral golongan sulfonilurea
dan glinida (meglitinida dan turunan fenilalanin).
b) Sensitiser insulin (obat-obat yang dapat meningkatkan sensitifitas sel terhadap insulin), meliputi obat-obat hipoglikemik golongan biguanida dan tiazolidindion, yang dapat membantu tubuh untuk memanfaatkan insulin secara lebih efektif.
b) Sensitiser insulin (obat-obat yang dapat meningkatkan sensitifitas sel terhadap insulin), meliputi obat-obat hipoglikemik golongan biguanida dan tiazolidindion, yang dapat membantu tubuh untuk memanfaatkan insulin secara lebih efektif.
c) Inhibitor katabolisme karbohidrat, antara
lain inhibitor
α-glukosidase yang bekerja
menghambat absorpsi glukosa dan umum digunakan untuk mengendalikan
hiperglikemia post-prandial (post-meal hyperglycemia). Disebut juga “starch-blocker”.
Golongan
|
Senyawa
|
Mekanisme Kerja
|
Sulfonilurea
|
Gliburida/Glibenklamida
Glipizida
Glikazida
Glimepirida
Glikuidon
|
Merangsang sekresi insulin di
kelenjar pankreas, sehingga hanya
efektif pada penderita diabetes yang
sel-sel β pankreasnya masih
berfungsi
dengan baik
|
Meglitinida
|
Repaglinide
|
Merangsang sekresi insulin di
kelenjar
pankreas
|
Turunan
fenilalanin
|
Nateglinide
|
Meningkatkan kecepatan sintesis
insulin oleh pankreas
|
Biguanida
|
Metformin
|
Bekerja langsung pada hati (hepar),
menurunkan produksi glukosa hati.
Tidak merangsang sekresi insulin
oleh kelenjar pankreas
|
Tiazolidindion
|
Rosiglitazone
Troglitazone
Pioglitazone
|
Meningkatkan kepekaan tubuh
terhadap insulin. Berikatan dengan
PPARγ (peroxisome proliferator
activated receptor-gamma) di otot,
jaringan lemak, dan hati untuk
menurunkan resistensi insulin
|
Inhibitor α-
glukosidase
|
Acarbose
Miglitol
|
Menghambat kerja enzim-enzim
pencenaan yang mencerna
karbohidrat, sehingga
memperlambat absorpsi glukosa ke
dalam darah
|
Golongan
Sulfonilurea
Merupakan obat hipoglikemik oral yang paling
dahulu ditemukan. Sampai beberapa tahun yang lalu, dapat dikatakan hampir semua
obat hipoglikemik oral merupakan golongan sulfonilurea. Obat hipoglikemik oral golongan
sulfonilurea merupakan obat pilihan (drug of choice) untuk penderita diabetes
dewasa baru dengan berat badan normal dan kurang serta tidakpernah mengalami
ketoasidosis sebelumnya. Senyawa-senyawa sulfonylurea sebaiknya tidak diberikan
pada penderita gangguan hati, ginjal dan tiroid. Obat-obat kelompok ini bekerja
merangsang sekresi insulin di kelenjar pancreas, oleh sebab itu hanya efektif
apabila sel-sel β Langerhans pancreas masih dapat berproduksi. Penurunan kadar glukosa
darah yang terjadi setelah pemberian senyawa-senyawa sulfonilurea disebabkan
oleh perangsangan sekresi insulin oleh kelenjar pancreas. Sifat perangsangan
ini berbeda dengan perangsangan oleh glukosa, karena ternyata pada saat glukosa
(atau kondisi hiperglikemia) gagal merangsang sekresi insulin, senyawa-senyawa
obat ini masih mampu meningkatkan sekresi insulin.
obat golongan sulfonilurea sangat bermanfaat untuk
penderita diabetes mellitus yang kelenjar pankreasnya masih mampu memproduksi insulin,
tetapi karena sesuatu hal terhambat sekresinya. Pada penderita dengan kerusakan
sel-sel β Langerhans kelenjar pancreas, pemberian
obat-obat hipoglikemik oral golongan sulfonilurea tidak bermanfaat. Pada dosis
tinggi, sulfonylurea menghambat degradasi insulin oleh hati.
Absorpsi senyawa-senyawa sulfonilurea melalui
usus cukup baik, sehingga dapat diberikan per oral. Setelah diabsorpsi, obat
ini tersebar ke seluruh cairan ekstrasel. Dalam plasma sebagian terikat pada
protein plasma terutama albumin (70-90%).
Efek Samping (Handoko dan Suharto, 1995; IONI,
2000)
Efek samping obat hipoglikemik oral golongan
sulfonilurea umumnya ringan dan frekuensinya rendah, antara lain gangguan
saluran cerna dan gangguan susunan syaraf pusat. Gangguan saluran cerna berupa
mual, diare, sakit perut, hipersekresi asam lambung dan sakit kepala. Gangguan
susunan syaraf pusat berupa vertigo, bingung, ataksia dan lain sebagainya.
Gejala hematologik termasuk leukopenia, trombositopenia, agranulosistosis dan anemia
aplastik dapat terjadi walau jarang sekali. Klorpropamida dapat meningkatkan
ADH (Antidiuretik Hormon). Hipoglikemia dapat terjadi apabila dosis tidak tepat
atau diet terlalu ketat, juga pada gangguan fungsi hati atau ginjal atau pada
lansia. Hipogikemia sering diakibatkan oleh obat-obat hipoglikemik oral dengan
masa kerja panjang. Interaksi Obat (Handoko dan Suharto, 1995; IONI, 2000) Lihat juga: remaja beresiko terkena penyakit diabetes
Banyak obat yang dapat berinteraksi dengan
obat-obat sulfonilurea, sehingga risiko terjadinya hipoglikemia harus
diwaspadai. Obat atau senyawasenyawa yang dapat meningkatkan risiko
hipoglikemia sewaktu pemberian obat-obat hipoglikemik sulfonilurea antara lain:
alkohol, insulin, fenformin, sulfonamida, salisilat dosis besar, fenilbutazon,
oksifenbutazon, probenezida,
dikumarol, kloramfenikol, penghambat MAO (Mono
Amin Oksigenase), guanetidin, steroida anabolik, fenfluramin, dan klofibrat.
Peringatan dan Kontraindikasi (IONI, 2000 dan
)
•
Penggunaan obat-obat hipoglikemik oral golongan
sulfonilurea harus hatihati pada pasien usia lanjut, wanita hamil, pasien
dengan gangguan fungsi hati, dan atau gangguan fungsi ginjal. Klorpropamida dan
glibenklamida tidak disarankan untuk pasien usia lanjut dan pasien insufisiensi
ginjal. Untuk pasien dengan gangguan fungsi ginjal masih dapat digunakan glikuidon,
gliklazida, atau tolbutamida yang kerjanya singkat.
•
Wanita hamil dan menyusui, porfiria, dan
ketoasidosis merupakan kontra indikasi bagi sulfonilurea.
•
Tidak boleh diberikan sebagai obat tunggal
pada penderita diabetes yuvenil, penderita yang kebutuhan insulinnya tidak
stabil, dan diabetes melitus berat.
•
Obat-obat golongan sulfonilurea cenderung
meningkatkan berat badan. Ada beberapa senyawa obat hipoglikemik oral golongan sulfonylurea
yang saat ini beredar. Obat hipoglikemik oral golongan sulfonylurea generasi
pertama yang dipasarkan sebelum 1984 dan sekarang sudah hampir tidak
dipergunakan lagi antara lain asetoheksamida, klorpropamida, tolazamida dan
tolbutamida. Yang saat ini beredar adalah obat hipoglikemik oral golongan sulfonilurea
generasi kedua yang dipasarkan setelah 1984, antara lain gliburida
(glibenklamida), glipizida, glikazida, glimepirida, dan glikuidon. Senyawa-senyawa
ini umumnya tidak terlalu berbeda efektivitasnya, namun berbeda dalam
farmakokinetikanya, yang harus dipertimbangkan dengan cermat dalam pemilihan
obat yang cocok untuk masing-masing pasien dikaitkan dengan kondisi kesehatan
dan terapi lain yang tengah dijalani pasien.
Lihat artikel lainnya: Penyebab meningkatnya penyakit tidak menular
Lihat artikel lainnya: Penyebab meningkatnya penyakit tidak menular
Golongan
Meglitinida dan Turunan Fenilalanin
Obat-obat hipoglikemik oral golongan glinida
ini merupakan obat hipoglikemik generasi baru yang cara kerjanya mirip dengan
golongan sulfonilurea. Kedua golongan senyawa hipoglikemik oral ini bekerja meningkatkan
sintesis dan sekresi insulin oleh kelenjar pankreas. Umumnya senyawa obat
hipoglikemik golongan meglitinida dan turunan fenilalanin ini dipakai dalam
bentuk kombinasi dengan obat-obat antidiabetik oral lainnya.
Golongan
Biguanida
Obat hipoglikemik oral golongan biguanida
bekerja langsung pada hati (hepar), menurunkan produksi glukosa hati.
Senyawa-senyawa golongan biguanida tidak merangsang sekresi insulin, dan hampir
tidak pernah menyebabkan hipoglikemia.
Satu-satunya senyawa biguanida yang masih
dipakai sebagai obat hipoglikemik oral saat ini adalah metformin. Metformin
masih banyak dipakai di beberapa negara termasuk Indonesia, karena frekuensi
terjadinya asidosis laktat cukup sedikit asal dosis tidak melebihi 1700 mg/hari
dan tidak ada gangguan fungsi ginjal dan hati.
Efek Samping (Soegondo, 1995b)
Efek samping yang sering terjadi adalah
nausea, muntah, kadangkadang diare, dan dapat menyebabkan asidosis laktat.
Kontra Indikasi
Sediaan biguanida tidak boleh diberikan pada
penderita gangguan fungsi hepar, gangguan fungsi ginjal, penyakit jantung kongesif
dan wanita hamil. Pada keadaan gawat juga sebaiknya tidak diberikan biguanida.
Golongan
Tiazolidindion (TZD)
Senyawa golongan tiazolidindion bekerja
meningkatkan kepekaan tubuh terhadap insulin dengan jalan berikatan dengan PPARγ
(peroxisome proliferator activated
receptor-gamma) di otot, jaringan lemak, dan hati untuk menurunkan resistensi
insulin. Senyawa-senyawa TZD juga menurunkan kecepatan glikoneogenesis.
Golongan
Inhibitor α-Glukosidase
Senyawa-senyawa inhibitor α-glukosidase
bekerja menghambat enzim alfa glukosidase yang terdapat pada dinding usus
halus. Enzim-enzim α-glukosidase (maltase, isomaltase, glukomaltase dan
sukrase) berfungsi untuk menghidrolisis oligosakarida, pada dinding usus halus.
Inhibisi kerja enzim ini secara efektif dapat mengurangi pencernaan karbohidrat
kompleks dan absorbsinya, sehingga dapat mengurangi peningkatan kadar glukosa
post prandial pada penderita diabetes. Senyawa inhibitor α-glukosidase juga menghambat
enzim α-amilase pankreas yang bekerja menghidrolisis polisakarida di dalam
lumen usus halus. Obat ini merupakan obat oral yang biasanya diberikan dengan
dosis 150-600 mg/hari. Obat ini efektif bagi penderita dengan diet tinggi
karbohidrat dan kadar glukosa plasma puasa kurang dari 180 mg/dl.
Obat ini hanya mempengaruhi kadar glukosa
darah pada waktu makan dan tidak mempengaruhi kadar glukosa darah setelah itu. Obat-obat
inhibitor α-glukosidase
dapat diberikan sebagai obat tunggal atau dalam bentuk kombinasi dengan obat
hipoglikemik lainnya. Obat ini umumnya diberikan dengan dosis awal 50 mg dan
dinaikkan secara bertahap sampai 150-600 mg/hari. Dianjurkan untuk
memberikannya bersama suap pertama setiap kali makan. Lihat juga: informasi lengkap obat insulin
Efek Samping (Soegondo, 1995b)
Efek samping obat ini adalah perut kurang
enak, lebih banyak flatus dan kadang-kadang diare, yang akan berkurang setelah
pengobatan berlangsung lebih lama. Obat ini hanya mempengaruhi kadar glukosa
darah pada waktu makan dan tidak mempengaruhi kadar glukosa darah setelah itu.
Bila diminum bersama-sama obat golongan sulfonilurea (atau dengan insulin)
dapat terjadi hipoglikemia yang hanya dapat diatasi dengan glukosa murni, jadi
tidak dapat diatasi dengan pemberian gula pasir. Obat ini umumnya diberikan
dengan dosis awal 50 mg dan dinaikkan secara bertahap, serta dianjurkan untuk memberikannya
bersama suap pertama setiap kali makan.
TERAPI
KOMBINASI
Pada keadaan tertentu cara mengobati diabetes diperlukan terapi
kombinasi dari beberapa OHO atau OHO dengan insulin. Kombinasi yang umum adalah
antara golongan sulfonilurea dengan biguanida. Sulfonilurea akan mengawali
dengan merangsang sekresi pankreas yang memberikan kesempatan untuk senyawa biguanida
bekerja efektif. Kedua golongan obat hipoglikemik oral ini memiliki efek
terhadap sensitivitas reseptor insulin, sehingga kombinasi keduanya mempunyai
efek saling menunjang. Pengalaman menunjukkan bahwa kombinasi kedua golongan
ini dapat efektif pada banyak penderita diabetes yang sebelumnya tidak
bermanfaat bila dipakai sendiri-sendiri. baca: ini senyawa yang berkhasiat sebagai antioksidan
HAL-HAL
YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM PENGGUNAAN OBAT
HIPOGLIKEMIK
ORAL
1. Dosis selalu harus dimulai dengan dosis
rendah yang kemudian dinaikkan secara bertahap.
2. Harus diketahui betul bagaimana cara kerja,
lama kerja dan efek samping obat-obat tersebut.
3. Bila diberikan bersama obat lain, pikirkan
kemungkinan adanya interaksi obat.
4. Pada kegagalan sekunder terhadap obat
hipoglikemik oral, usahakanlah menggunakan obat oral golongan lain, bila gagal
lagi, baru pertimbangkan untuk beralih pada insulin.
5. Hipoglikemia harus dihindari terutama pada
penderita lanjut usia, oleh sebab itu sebaiknya obat hipoglikemik oral yang
bekerja jangka panjang tidak diberikan pada penderita lanjut usia.
6.
Usahakan agar harga obat terjangkau oleh penderita.
Lihat artikel lainnya: Proses penularan flu babi
Lihat artikel lainnya: Proses penularan flu babi
No comments:
Post a Comment
Sahabat Pengunjung Sawittoku, Mohon untuk meninggalkan saran agar pengembangan kualitas konten blog dapat lebih ditingkatkan.
Demi kenyamanan maka komentar yang mengandung Sara, Pornografi, Perjudian, Pelecehan ataupun sejenisnya dan mengandung Link akan kami jadikan SPAM.Terima Kasih Atas Perhatiannya