Bahayakah, atau amankah obat herbal? Untuk menjawab
pertanyaan tersebut, dilihat apa yang dikatakan bahaya dalam rangka obat herbal
ini, apa yang dapat menyebabkan atau apa bahan yang berbahaya itu, dan apa
akibatnya bila menggunakan bahan yang dikatakan berbahaya.
Lihat materi sebelumnya: Penyalahgunaan tersering pada tanaman herbal
Secara toksikologik bahan yang berbahaya adalah suatu bahan
yang karena komposisinya, dalam keadaan tertentu, dan dalam jumlah tertentu
atau dosis tertentu, serta dalam bentuk tertentu dapat mempengaruhi fungsi satu
atau beberapa organ tubuh manusia atau hewan sedemikian sehingga mengganggu
kesehatan, baik sementara, tetap, atau sampai menyebabkan kematian. Tiap bahan
dapat membahayakan manusia atau hewan, apakah ia suatu bahan organik, bahan anorganik,
yang berasal dari alam atau secara sintetik. Tiap bahan yang dapat merusak
kesehatan secara tetap ataupun sementara, meskipun belum mematikan dapat
digolongkan bahan berbahaya.
farmakologi obat merupakan salah satu penilaian keamanan suatu obat termasuk obat herbal |
Sebenarnya semua bahan yang ada di sekitar kita dapat
dikatakan membahayakan manusia, seperti perkataan filsuf ternama Paracelsus
(1493–1541); ia berkata: “All things are
poison and nothing is without poison. The dose alone decides that a thing is
not a poison”. Dengan demikian sesuatu bahan yang dalam dosis kecil sudah
menyebabkan gangguan lebih berbahaya daripada bahan yang baru dapat mengganggu
kesehatan dalam dosis besar. Tetapi sesuatu bahan meskipun aman dalam dosis
kecil jika digunakan dalam waktu yang lama atau dosis tertentu dapat juga
mengganggu kesehatan pada akhirnya.
Risiko penggunaan obat herbal sebagaimana juga dengan
manfaatnya, harus dipertimbangkan sebelum digunakan. Bagaimanapun juga,
penelitian manfaat risiko untuk obat herbal cukup sulit karena kurangnya
informasi yang berkaitan dengan keamanan obat herbal tersebut.
Secara umum informasi yang kurang pada obat herbal adalah:
- Kandungan kimia yang aktif; metabolik
- Farmakokinetik
- Farmakologi
- Toksikologi
- Efek samping dan efek penggunaan jangka panjang
- Interaksi obat dengan obat herbal; interaksi dengan makanan, alkohol
- Penggunaan pada kelompok pasien tertentu: anak-anak, orang tua, individu dengan penyakit ginjal atau hati, pengaruh jenis kelamin, individu dengan perbedaan profil genetik
- Kontraindikasi dan peringatan; penggunaan pada wanita hamil dan wanita menyusui
Kurangnya informasi tersebut sehingga kesulitan untuk
membandingkan profil manfaat-risiko obat herbal dengan obat konvensional, bila
ada kesamaan manfaat. Pada data uji klinik, beberapa obat herbal menunjukkan
profil keamanan yang lebih baik dibandingkan dengan obat konvensional yang
mempunyai kesamaan manfaat.
Sebagai contoh, pada uji klinik dengan desain acak
dengan kontrol (randomized controlled
trials) pada pasien depresi, frekuensi efek samping penggunaan ekstrak St John’s wort secara signifikan lebih
rendah dibandingkan dengan obat antidepresan yang konvensional. Selain itu
dilaporkan bahwa penggunaan ekstrak saw palmetto mempunyai frekuensi efek
samping yang lebih rendah dibandingkan dengan finasteride, pada uji klinik acak
dengan kontrol (randomized controlled
trials) pada pria dengan benign prostatic hyperplasia (BPH).
Bagaimanapun juga dari data tersebut, tidak dapat disimpulkan bahwa semua obat
herbal aman dibandingkan dengan obat konvensional: perbandingan manfaat risiko
harus dibuat untuk tiap kasus. Selain itu tidak dapat disimpulkan, bahwa
analisis manfaat risiko dapat digunakan untuk semua sediaan pada obat herbal.
Seperti bukti manfaat, bukti keamanan juga harus diperhatikan dalam bentuk
ekstrak atau dalam bentuk yang lebih sederhana.
Keamanan obat herbal terbagi atas 5 kategori utama
- Penggunaan obat herbal secara swamedikasi pada semua terapi lebih dipilih daripada pengobatan konvensional dapat menunda pasien mendapatkan saran yang terbaik pada pengobatan, atau menyebabkan pasien meninggalkan pengobatan konvensional tanpa terlebih dahulu mencari saran yang tepat.
- Pasien dapat terpapar oleh zat potensial toksik yang ada dalam komposisi obat herbal (contoh: zat toksik intrinsik).
- Pasien berisiko mengalami toksisitas sebagai hasil terpaparnya kontaminan yang ada dalam produk obat herbal (contoh: isu hubungan antara kualitas dan keamanan).
- Produk obat herbal dalam beberapa kasus mempunyai efek yang lebih baik dibandingkan dengan obat konvensional
- Kelompok pasien spesifik yang berisiko, contoh wanita hamil atau ibu menyusui, anak-anak, orang tua.
Keamanan obat herbal
tergantung dari :
- Kandungan kimia dari tanaman yang digunakan
Beberapa herbal mengandung bahan yang
berbahaya dan beracun sehingga tidak dapat digunakan untuk pengobatan. Penggolongan
herbal istimewa yang telah diduga menunjukan jenis spesifik toksisitas dengan
beberapa dukungan ilmiah. Sebagai contoh hepatotoksisitas dari pirolizidin (tanaman yang mengandung alkaloid
seperti comfrey). Selain itu Senecio
species yang digunakan pada pengobatan
tradisional cina/Traditional Chinesse Medicine (TCM) yang dapat
menyebabkan toksisitas pada liver atau kanker liver. Jarak (Ricinus communis
L.), famili Euphorbiaceae dikenal sebagai pencahar. Bahan yang berbahaya dalam
biji jarak adalah suatu protein ricin. Bahan ini mungkin merupakan bahan yang
paling berbahaya dari alam; 0,25 mg sudah dapat mematikan manusia. Ricin
diabsorpsi dalam bentuk asli, ricin menghambat sintesa protein dan mengacaukan
proses metabolisme. Sepuluh biji dapat mematikan manusia dewasa dan 2–3 biji
dapat mematikan seorang anak. Kematian disebabkan kegagalan pernafasan dan
terhentinya denyut jantung.
Kembali ke materi awal: Tinjauan khasiat dan keamanan obat herbal vs medis
- LD50 yang telah diketahui
Sebagai contoh, nagasari yang merupakan
bunga Mesua ferrae L. dari famili
Guttifereae mempunyai LD50 20.930 (18.550 – 23.380) mg/kg BB. Tikus
bila diberikan secara oral. Dosis lazim nagasari dihitung pada tikus secara
oral adalah 315 mg/kg bb. Melihat LD50 sebesar 18.550 mg/kg bb.,
angka ini dekat dengan patokan dad Gleason, maka nagasari berbahaya. Meskipun
demikian karena LD50 masih lebih besar dari patokan Gleason maka
nagasari dianggap Practically Non Toxic.
Perhatikan besarnya perbedaan dosis lazim dan LD50.
- Indeks terapi
Beberapa herbal dengan indeks terapi sempit. Contohnya
adalah Atropa belladonna, Arnica sp, Aconitum sp, Digitalis
sp. Di sejumlah negara ketersediaan
tumbuhan ini dibatasi oleh hukum. Peraturannya bervariasi pada masing-masing
Negara. Penggunaannya diperingatkan untuk dihindari pada anak-anak.
- Efek/aksi yang kuat
Herbal jenis ini benar-benar aman
bila digunakan pada kondisi yang tepat. Beberapa tumbuhan ini dilarang di
beberapa negara namun ada juga negara yang tidak melarang penggunaannya. Contohnya adalah Lobelia dan Eonymus sp. Ada
beberapa ketidakkonsistenan, misalnya di Inggris, Ephedra dilarang digunakan,
tetapi di Amerika Serikat tersedia secara bebas.
- Penggunaan obat herbal
- Penyimpanan daftar obat herbal yang digunakan
Penulisan daftar obat herbal terdiri dari
nama produk, dosis penggunaan, tujuan penggunaan, waktu memulai penggunaan
- Mengikuti aturan penggunaan
Tidak mengikuti dosis penggunaan dapat
mengakibatkan efek serius dari obat herbal yang digunakan. Jika tidak yakin
dengan dosis dan aturan penggunaan, konsultasikan kepada dokter atau apoteker.
- Selalu waspada dengan gejala yang timbul pada penggunaan obat herbal yang kemungkinan adalah efek samping dari obat herbal tersebut.
Jika gejala yang kemungkinan efek samping
obat herbal timbul, konsultasikan kepada dokter atau apoteker untuk melihat
apakah gejala tersebut karena penggunaan obat herbal tersebut atau kombinasi
obat herbal yang digunakan.
- Selalu waspada terhadap obat herbal yang kadaluarsa atau obat herbal yang sudah tidak digunakan.
Sebagian besar obat herbal tidak ada potensinya
setelah kadaluarsa dan tidak lagi efektif, sementara sedikit obat herbal
berpotensi menjadi toksik. Sebagai tambahan, menyimpan obat herbal yang sudah
tidak digunakan dapat membuat bingung dan masalah yang berhubungan dengan
pengobatan.
- Swaedukasi sebelum swamedikasi
Banyak obat-obat herbal yang
beredar di pasaran, konsumen harus cermat dalam melakukan swamedikasi, sehingga
harus mempunyai pengetahuan yang baik dalam menentukan obat herbal yang akan
digunakan. Konsultasikan ke dokter atau apoteker untuk mengetahui keamanan,
interaksi obat konvensional-obat herbal dan efek samping obat herbal tersebut.
Swamedikasi
dalam menggunakan obat herbal adalah:
- Menggunakan tumbuhan yang direkomendasi dalam acuan herbal terstandar.
- Menghindari penggunaan herbal baru yang belum terbukti secara ilmiah.
- Tidak bertahan dengan obat herbal jika tidak memperoleh manfaat atau hasil setelah periode yang telah ditentukan, dan jika terjadi efek samping, menghentikan pengobatan dan meminta saran dari yang berpengalaman.
- Tidak melakukan swamedikasi dalam kondisi yang kompleks tanpa nasehat orang yang berpengalaman karena interaksi obat dan kontraindikasi harus dipertimbangkan secara individual.
Buka materi selanjutnya: Klasifikasi Efek samping obat herbal
Lihat referensinya disini: Daftar Pustaka keamanan obat herbal
Lihat referensinya disini: Daftar Pustaka keamanan obat herbal
No comments:
Post a Comment
Sahabat Pengunjung Sawittoku, Mohon untuk meninggalkan saran agar pengembangan kualitas konten blog dapat lebih ditingkatkan.
Demi kenyamanan maka komentar yang mengandung Sara, Pornografi, Perjudian, Pelecehan ataupun sejenisnya dan mengandung Link akan kami jadikan SPAM.Terima Kasih Atas Perhatiannya