Pengetahuan untuk Hidup lebih Baik

LightBlog

Subscribe Youtube & Dapatkan Video Tips Kesehatan Gratis

Sunday, 22 January 2017

Faktor Penilaian Keamanan Obat Herbal

Bahayakah, atau amankah obat herbal? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, dilihat apa yang dikatakan bahaya dalam rangka obat herbal ini, apa yang dapat menyebabkan atau apa bahan yang berbahaya itu, dan apa akibatnya bila menggunakan bahan yang dikatakan berbahaya.
Secara toksikologik bahan yang berbahaya adalah suatu bahan yang karena komposisinya, dalam keadaan tertentu, dan dalam jumlah tertentu atau dosis tertentu, serta dalam bentuk tertentu dapat mempengaruhi fungsi satu atau beberapa organ tubuh manusia atau hewan sedemikian sehingga mengganggu kesehatan, baik sementara, tetap, atau sampai menyebabkan kematian. Tiap bahan dapat membahayakan manusia atau hewan, apakah ia suatu bahan organik, bahan anorganik, yang berasal dari alam atau secara sintetik. Tiap bahan yang dapat merusak kesehatan secara tetap ataupun sementara, meskipun belum mematikan dapat digolongkan bahan berbahaya.
farmakologi obat merupakan salah satu penilaian keamanan suatu obat termasuk obat herbal

Sebenarnya semua bahan yang ada di sekitar kita dapat dikatakan membahayakan manusia, seperti perkataan filsuf ternama Paracelsus (1493–1541); ia berkata: “All things are poison and nothing is without poison. The dose alone decides that a thing is not a poison”. Dengan demikian sesuatu bahan yang dalam dosis kecil sudah menyebabkan gangguan lebih berbahaya daripada bahan yang baru dapat mengganggu kesehatan dalam dosis besar. Tetapi sesuatu bahan meskipun aman dalam dosis kecil jika digunakan dalam waktu yang lama atau dosis tertentu dapat juga mengganggu kesehatan pada akhirnya.
Risiko penggunaan obat herbal sebagaimana juga dengan manfaatnya, harus dipertimbangkan sebelum digunakan. Bagaimanapun juga, penelitian manfaat risiko untuk obat herbal cukup sulit karena kurangnya informasi yang berkaitan dengan keamanan obat herbal tersebut.
Secara umum informasi yang kurang pada obat herbal adalah:
  • Kandungan kimia yang aktif; metabolik
  • Farmakokinetik
  • Farmakologi
  •  Toksikologi
  • Efek samping dan efek penggunaan jangka panjang
  •  Interaksi obat dengan obat herbal; interaksi dengan makanan, alkohol
  • Penggunaan pada kelompok pasien tertentu: anak-anak, orang tua, individu dengan penyakit ginjal atau hati, pengaruh jenis kelamin, individu dengan perbedaan profil genetik
  • Kontraindikasi dan peringatan; penggunaan pada wanita hamil dan wanita menyusui
Kurangnya informasi tersebut sehingga kesulitan untuk membandingkan profil manfaat-risiko obat herbal dengan obat konvensional, bila ada kesamaan manfaat. Pada data uji klinik, beberapa obat herbal menunjukkan profil keamanan yang lebih baik dibandingkan dengan obat konvensional yang mempunyai kesamaan manfaat. 
Sebagai contoh, pada uji klinik dengan desain acak dengan kontrol (randomized controlled trials) pada pasien depresi, frekuensi efek samping penggunaan ekstrak St John’s wort secara signifikan lebih rendah dibandingkan dengan obat antidepresan yang konvensional. Selain itu dilaporkan bahwa penggunaan ekstrak saw palmetto mempunyai frekuensi efek samping yang lebih rendah dibandingkan dengan finasteride, pada uji klinik acak dengan kontrol (randomized controlled trials) pada pria dengan benign prostatic hyperplasia (BPH). 
Bagaimanapun juga dari data tersebut, tidak dapat disimpulkan bahwa semua obat herbal aman dibandingkan dengan obat konvensional: perbandingan manfaat risiko harus dibuat untuk tiap kasus. Selain itu tidak dapat disimpulkan, bahwa analisis manfaat risiko dapat digunakan untuk semua sediaan pada obat herbal. Seperti bukti manfaat, bukti keamanan juga harus diperhatikan dalam bentuk ekstrak atau dalam bentuk yang lebih sederhana. 

Keamanan obat herbal terbagi atas 5 kategori utama

  • Penggunaan obat herbal secara swamedikasi pada semua terapi lebih dipilih daripada pengobatan konvensional dapat menunda pasien mendapatkan saran yang terbaik pada pengobatan, atau menyebabkan pasien meninggalkan pengobatan konvensional tanpa terlebih dahulu mencari saran yang tepat.
  •  Pasien dapat terpapar oleh zat potensial toksik yang ada dalam komposisi obat herbal (contoh: zat toksik intrinsik).
  • Pasien berisiko mengalami toksisitas sebagai hasil terpaparnya kontaminan yang ada dalam produk obat herbal (contoh: isu hubungan antara kualitas dan keamanan).
  • Produk obat herbal dalam beberapa kasus mempunyai efek yang lebih baik dibandingkan dengan obat konvensional
  • Kelompok pasien spesifik yang berisiko, contoh wanita hamil atau ibu menyusui, anak-anak, orang tua.

Keamanan obat herbal tergantung dari :

  • Kandungan kimia dari tanaman yang digunakan

Beberapa herbal mengandung bahan yang berbahaya dan beracun sehingga tidak dapat digunakan untuk pengobatan. Penggolongan herbal istimewa yang telah diduga menunjukan jenis spesifik toksisitas dengan beberapa dukungan ilmiah. Sebagai contoh hepatotoksisitas dari pirolizidin (tanaman yang mengandung alkaloid seperti comfrey). Selain itu Senecio species yang digunakan pada pengobatan tradisional cina/Traditional Chinesse Medicine (TCM) yang dapat menyebabkan toksisitas pada liver atau kanker liver. Jarak (Ricinus communis L.), famili Euphorbiaceae dikenal sebagai pencahar. Bahan yang berbahaya dalam biji jarak adalah suatu protein ricin. Bahan ini mungkin merupakan bahan yang paling berbahaya dari alam; 0,25 mg sudah dapat mematikan manusia. Ricin diabsorpsi dalam bentuk asli, ricin menghambat sintesa protein dan mengacaukan proses metabolisme. Sepuluh biji dapat mematikan manusia dewasa dan 2–3 biji dapat mematikan seorang anak. Kematian disebabkan kegagalan pernafasan dan terhentinya denyut jantung.
  • LD50 yang telah diketahui
Sebagai contoh, nagasari yang merupakan bunga Mesua ferrae L. dari famili Guttifereae mempunyai LD50 20.930 (18.550 – 23.380) mg/kg BB. Tikus bila diberikan secara oral. Dosis lazim nagasari dihitung pada tikus secara oral adalah 315 mg/kg bb. Melihat LD50 sebesar 18.550 mg/kg bb., angka ini dekat dengan patokan dad Gleason, maka nagasari berbahaya. Meskipun demikian karena LD50 masih lebih besar dari patokan Gleason maka nagasari dianggap Practically Non Toxic. Perhatikan besarnya perbedaan dosis lazim dan LD50.
  • Indeks terapi
Beberapa herbal dengan indeks terapi sempit. Contohnya adalah Atropa belladonna, Arnica sp, Aconitum sp, Digitalis sp. Di sejumlah  negara ketersediaan tumbuhan ini dibatasi oleh hukum. Peraturannya bervariasi pada masing-masing Negara. Penggunaannya diperingatkan untuk dihindari pada anak-anak.
  • Efek/aksi yang kuat
Herbal jenis ini benar-benar aman bila digunakan pada kondisi yang tepat. Beberapa tumbuhan ini dilarang di beberapa negara namun ada juga negara yang tidak melarang penggunaannya.  Contohnya adalah Lobelia dan Eonymus sp. Ada beberapa ketidakkonsistenan, misalnya di Inggris, Ephedra dilarang digunakan, tetapi di Amerika Serikat tersedia secara bebas.
  1.  Penggunaan obat herbal
  • Penyimpanan daftar obat herbal yang digunakan
Penulisan daftar obat herbal terdiri dari nama produk, dosis penggunaan, tujuan penggunaan, waktu memulai penggunaan
  • Mengikuti aturan penggunaan
Tidak mengikuti dosis penggunaan dapat mengakibatkan efek serius dari obat herbal yang digunakan. Jika tidak yakin dengan dosis dan aturan penggunaan, konsultasikan kepada dokter atau apoteker.
  • Selalu waspada dengan gejala yang timbul pada penggunaan obat herbal yang kemungkinan adalah efek samping dari obat herbal tersebut.
Jika gejala yang kemungkinan efek samping obat herbal timbul, konsultasikan kepada dokter atau apoteker untuk melihat apakah gejala tersebut karena penggunaan obat herbal tersebut atau kombinasi obat herbal yang digunakan.
  • Selalu waspada terhadap obat herbal yang kadaluarsa atau obat herbal yang sudah tidak digunakan.
Sebagian besar obat herbal tidak ada potensinya setelah kadaluarsa dan tidak lagi efektif, sementara sedikit obat herbal berpotensi menjadi toksik. Sebagai tambahan, menyimpan obat herbal yang sudah tidak digunakan dapat membuat bingung dan masalah yang berhubungan dengan pengobatan.
  • Swaedukasi sebelum swamedikasi
Banyak obat-obat herbal yang beredar di pasaran, konsumen harus cermat dalam melakukan swamedikasi, sehingga harus mempunyai pengetahuan yang baik dalam menentukan obat herbal yang akan digunakan. Konsultasikan ke dokter atau apoteker untuk mengetahui keamanan, interaksi obat konvensional-obat herbal dan efek samping obat herbal tersebut.
Swamedikasi dalam menggunakan obat herbal adalah:
  •  Menggunakan tumbuhan yang direkomendasi dalam acuan herbal terstandar.
  • Menghindari penggunaan herbal baru yang belum terbukti secara ilmiah.
  •  Tidak bertahan dengan obat herbal jika tidak memperoleh manfaat atau hasil setelah periode yang telah ditentukan, dan jika terjadi efek samping, menghentikan pengobatan dan meminta saran dari yang berpengalaman.
  • Tidak melakukan swamedikasi dalam kondisi yang kompleks tanpa nasehat  orang yang berpengalaman karena interaksi obat dan kontraindikasi harus dipertimbangkan secara individual.
Buka materi selanjutnya: Klasifikasi Efek samping obat herbal
Lihat referensinya disini: Daftar Pustaka keamanan obat herbal

No comments:

Post a Comment

Sahabat Pengunjung Sawittoku, Mohon untuk meninggalkan saran agar pengembangan kualitas konten blog dapat lebih ditingkatkan.
Demi kenyamanan maka komentar yang mengandung Sara, Pornografi, Perjudian, Pelecehan ataupun sejenisnya dan mengandung Link akan kami jadikan SPAM.Terima Kasih Atas Perhatiannya